Transformasi Agama dalam Slow Living

Rabu 19 Jun 2024 - 17:11 WIB
Reporter : Bambang
Editor : Bambang

Oleh: Mukhammad Alwani*

PEMBANGUNAN peradaban harus berakar pada ilmu yang benar dan kesadaran akan keesaan Allah. Konsep inilah yang Rasulullah di awal kenabiannya meracik secara utuh dan menginjeksi secara sempurna ke dalam alam bawah sadar dan menjadi basis “ideologi” bagi para sahabatnya. 

Sehingga ketika pada saatnya harus berbenturan dengan realitas sosial yang berbeda dan bertentangan, maka sudah terbangun sistem pertahanan, baik secara psikis maupun dalam tataran pemikiran.

Atas bimbingan wahyu Alquran, Rasulullah dan para sahabatnya itu siap lahir bathin menyikapi segala realitas sosial yang terjadi.

BACA JUGA:Buruh Keluhan Program Tapera

Demikianlah selanjutnya bagaimana bekerja menuntun dengan menegaskan bahwa perbedaan orientasi hidup dan sistem nilai kehidupan yang dianut manusia adalah sesuatu yang niscaya ada dan terjadi.

Nilai-nilai yang berbasis tauhid dengan nilai nilai kehidupan yang berbasis pada materialisme.

Kedua tatanan nilai ini saling bertentangan, karena itu dalam mengklaim tindakan, prilaku dan sikap manusia, maka pasti terjadi polarisasi dan benturan.

Atas kesadaran itu, muncullah semangat untuk melakukan perubahan sosial karena kesenjangan antara realitas yang ada dengan nilai-nilai ideal berbasis wahyu.

BACA JUGA:Realisasi Investasi Belum Optimal

Rasulullah mengkonstruksi paradigma perubahan, bertujuan untuk mengeluarkan umat manusia dari kubangan kejahiliyaan menuju cahaya Islam.

Konstruksi paradigma perubahan yang dipilih Rasulullah berbasis pada dimensi esoterik, yang memadukan dimensi spiritual dan dimensi intelektual serta titik starnya harus dimulai dari diri Rasulullah dan para sahabatnya sendiri.

Dalam surah Al-Muzzammil ayat ke-1 sampai ayat ke-10, Allah memerintahkan Rasulullah untuk melaksanakan qiyamullail dan membaca Alquran secara tartil dan lain sebagainya. Ini menekankan pentingnya penguatan spiritual sebagai basis perjuangan sosial.

Dalam dunia yang serba cepat ini, kebutuhan akan penguatan spiritual sering kali diabaikan. Padahal, konektivitas yang kuat dengan Allah memberikan kekuatan dan keteguhan dalam menghadapi berbagai tantangan.

BACA JUGA:Poktan Sri Makmur 3 Dukung Raperda Pertanian Organik

Tags :
Kategori :

Terkait