Oleh: Frian Abdulrachman Saleh SPd*
PADA umumnya pertanian merupakan sebuah sektor kehidupan di Indonesia sangat menarik. Ini dikarenakan mudahnya pengolahannya (sumber daya alam yang ada di Indonesia ini)
Bahkan dulu para penjajah bangsa Indonesia menyatakan “tanah Indonesia ini adalah tanah emas” tanah Indonesia yang subur dengan mudah bisa menghasilkan pangan yang melimpah ruah bagi masyarakatnya serta bisa mencadangkan pangan untuk masa yang akan datang.
Sayang sekali mata pencaharian sebagai petani di Indonesia sangatlah kurang. Ini terjadi karena tidak digemari oleh kalangan muda mudi Indonesia.
BACA JUGA:Handarujati Buka Peluang Berduet dengan Suhendrik di Pilkada Kota Cirebon
Pemuda-pemudi milenial pada zaman sekarang beralasan bahwa sektor pertanian ini sangatlah kurang dari segi penghasilan, meskipun cara pengolahan sampai panen mudah dilakukan, baik dengan dari awal tanam sampai panen menerapkan metode cara pengolahan konvensional maupun modern.
Akan tetapi keuntungan penjualan hasil panen yang didapat sangatlah murah meskipun hasil panen dengan kualitas bagus atau meningkat dari panen sebelumnya. Ini menjadi dilema besar untuk profesi sebagai seorang petani apalagi untuk para petani yang sekarang.
Masa yang akan datang adalah masa industry modernnisasi. Pemuda Indonesia lah yang akan menjalankannya. Pertanian adalah ujung tombak roda perekonomian pangan terbesar di Negara Indonesia.
Yang menjadi pertanyaan publik selama ini adalah bagaimana peran pemerintah daerah maupun pemerintah pusat? Mengapa tidak serius menangani sektor ini, padahal yang menjadi ujung tombak negara ini yaitu sektor pertanian.
BACA JUGA:Koalisi PKS-Nasdem Lanching Sekber dan Buka Pendaftaran Cabup Cirebon
Pangan yang dihasilkan oleh pertanian adalah modal awal terjadinya kesejahteraan hidup rakyat Indonesia. Apakah kekurang seriusan pemerintah terhadap pertanian tersebut menganggap tidak penting.
Akibat terburuknya maka sektor pertanian mengalami krisis tenaga dalam hal ini petani terutana petani muda.
Kita tahu dan paham bahwa daya jual hasil panen selama ini relatif murah.
Sehingga pemuda-pemudi Indonesia enggan untuk bekerja disektor pertanian (di sawah dan ladang). Ketidak tertarikan pemuda untuk mempelajari bidang pertanian, dikarenakan secara ekonomis minim.
BACA JUGA:PKS Kantongi Modal 30 Ribu Suara Pileg