Oleh: Wariah
SEBUAH tradisi di setiap menjelang penutupan puasa di bulan Ramadan yaitu maraknya sikap hedonisme yang tidak disadari oleh pelakunya. Di mana pasar dan mall jadi tempat tujuan demi mencari perlengkapan kemeriahan di saat lebaran nantinya.
Ibadah puasa mulai luntur lantaran tidak kuatnya menahan dahaga di tengah kerumunan tempat perbelanjaan. Keramaian sudah tidak terbendung di kedua tempat ini, demi perlombaan mencari kebutuhan lebaran.
Tradisi ini perlu untuk diimbangi akan tujuan bulan Ramadan yang dihadirkan kepada kita. Tujuan utama itu ialah inginnya mencetak pribadi-pribadi yang sederhana tanpa berlebihan.
BACA JUGA:PSAS Desa Semplo Santuni Yatim dan Duafa
Puasa yang kita kerjakan, sebagai ilustrasi untuk menahan segala bentuk tindakan yang berlebihan. Peringatan Hadits Nabi: “Puasa adalah untuk-Ku semata, dan Akulah yang menanggung pahalanya” (Bukhari dan Muslim).
Pesan ini menunjukkan bahwa puasa Ramadan sifatnya privat (pribadi), Kehidupan mewah pada dasarnya tidak bermasalah.
Namun, pada realita tahunan lebaran ini, bertujuan hanya sekedar menutup rasa malu di tengah perbincangan sosial.
Sehingga jalannya tidak lain mengumbar kekayaan secara sengaja demi popularitas. Jika melihat, fenomena di tengah masyarakat kita, mempercantik rumah dengan warna yang semenarik mungkin agar terlihat menonjol.
BACA JUGA:Polwan Polresta Cirebon bagi Takjil Yang Dimasak Sendiri
Lebih menakjubkannya lagi, baju baru serta perhiasan dan kendaraan bermerek menjadi ajang fashion show di saat hari lebaran.
Jika kita belajar puasa demi menjaga diri untuk lebih baik dalam mengelolah diri terhadap hal foya-foya, maka jangan sampai perihal ini hanya bertahan di awal Ramadhan saja dan diabaikan di akhir Ramadhan.
Persiapan lebaran bukan pembenaran untuk melupakan nilai-nilai pendidikan karakter puasa. Pasalnya, yang nampak di tengah masyarakat kita, kegiatan persiapan lebaran lebih utama dibandingkan mengoptimalkan ibadah di 10 akhir Ramadan.
Maka tidak heran, lebaran yang ditunaikan setiap tahunan sebagai tempat menampakkan (zahir) kekayaan anggota keluarga. Persiapan yang dilakukan pun jauh-jauh hari sehingga terkesan keluarga yang berpunya.
BACA JUGA:Berburu Pahal Lailatul Qadar dengan Iktikaf di Sepuluh Malam Terakhir Ramadan