Oleh: Ami Supriyanti
KATA mental diambil dari bahasa Latin yaitu dari kata mens atau metis yang berarti jiwa, nyawa, sukma, roh, semangat. Dengan demikian, mental berkaitan langsung dengan psycho (kejiwaan / segi internal) yang dapat mempengaruhi perilaku individu.
Setiap perilaku dan ekspresi gerak-gerik individu dapat mencerminkan kondisi (suasana) mental individu tersebut. Dalam arti sederhana, mental adalah sesuatu yang berhubungan dengan batin dan watak, atau karakter seseorang.
Berbicara segi internal akal, jiwa, dan hati, bahkan moral, membentuk satu kesatuan yang dinamakan dengan kepribadian (citra diri) atau mentalitas.
Maka dari itu, baik buruknya kepribadian seseorang bergantung pada mentalitas orang tersebut. Kondisi mental digolongkan menjadi dua bentuk yaitu, mental sehat dan mental tidak sehat.
BACA JUGA:Pemanfaatan AI dalam Pembuatan Bahan Ajar Menarik-Kekinian
Seseorang yang memiliki mental sehat akan menjadi pribadi yang normal dan stabil. Kenormalan pribadi seseorang dapat dilihat melalui minimnya penyimpangan tingkah laku, tingkah laku serasi dan tepat, serta dapat diterima masyarakat.
Mental yang sehat menghasilkan kondisi diri, bahkan perasaan dengan kecenderungan stabil. Tidak banyak memendam konflik internal, perasaan terasa tenang, serta kondisi jasmani sehat, merupakan bentuk dari mental yang sehat. Mental yang tidak sehat akan melahirkan pribadi yang tidak sehat pula.
Secara umum, ketidaksehatan mental dapat dilihat melalui kemampuan beradaptasi. Entah berupa kesulitan beradaptasi dengan lingkungan, atau pun faktor-faktor lainnya.
Seperti menarik diri dari keramaian, sulit berkomunikasi, kestabilan emosi yang sulit terkontrol, dan masih banyak lagi. Kondisi mental dapat dijadikan barometer dari kelainan-kelainan pribadi seseorang.
BACA JUGA:APBD Tahun 2024 Kabupaten Indramayu Sebesar Rp 3,7 Triliun
Tetapi, dalam pengukuran sehat atau tidaknya mental seseorang, tidak semata dapat diukur melalui sikap atau perilaku yang tampak. Namun harus diadakannya pengukuran serta analisis lanjutan, agar memiliki hasil konkret.
Di era modern, banyak hal yang dapat mempengaruhi mental seseorang. Salah satunya sering disebut toxic relationship.
Ahli komunikasi dan psikologi di California, Dr Lillian Glass pertama kali memperkenalkan istilah "toxic" lewat buku Toxic People pada 1995. Menurutnya, toxic relationship memiliki arti hubungan yang bersifat merusak karena konflik, tidak saling mendukung, muncul persaingan, sampai hilangnya rasa hormat dan kekompakan.
Hubungan toxic merupakan suatu hubungan yang tidak sehat untuk diri sendiri dan orang lain. Di dalam kehidupan hubungan antar manusia, memang tidak selalu berjalan mulus, ada pula pasang surutnya.
BACA JUGA:Aksi Bergizi Makan Pisang, Masuk Muri