CIREBON- Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Cirebon segera berkoordinasi dengan Inspektorat untuk tindak lanjut peristiwa ambruknya atap SDN 2 Greged. Hal tersebut disampaikan Plh Kadisdik Kabupaten Cirebon Yadi Supriyadi.
Menurut Yadi, langkah koordinasi tersebut dilakukan agar kebijakan yang nantinya diambil sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. “Nanti kita koordinasikan dengan Inspektorat sehingga apa-apa saja upayanya agar nanti bisa sesuai dengan ketentuan yang berlaku," ujar Yadi saat dikonfirmasi Radar Cirebon, Minggu 14 Januari 2024.
Menurut dia, saat ini pendataan dan inventarisasi bangunan yang menggunakan konstruksi baja ringan dengan genteng plentong masih berjalan. Ia berharap, pendataan tersebut nantinya bisa segera selesai dan menjadi dasar Dinas Pendidikan untuk mengambil langkah lainnya.
“Insiden kan terjadi Jumat (ambruknya atap SDN 2 Greged), sekarang baru dua hari. Maka kita harapkan beberapa hari ke depan akan selesai. Nanti kita lihat apakah memang harus diganti gentengnya atau bagaimana, semua akan tergantung hasil evaluasi," imbuh Yadi yang kini menjadi Plh Kadisdik menggantikan sementara Ronianto yang menunaikan umrah.
BACA JUGA:Memalukan, Dua Proyek Pemerintah di Kabupaten Cirebon Ambruk
Terkait atap sekolah di SMPN 2 Greged, masih kata Yadi, Dinas Pendidikan sudah mengalokasikan anggaran dan rehabilitasinya akan dilaksanakan pada 2024 ini menggunakan APBD 2024 Murni.
Seperti diketahui, atap sekolah pada SMPN 2 Greged, Kabupaten Cirebon, ambruk saat siswa sedang mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) pada Jumat pagi, 12 Januari 2024. Ada 6 siswa mengalami luka-luka dan harus dilarikan ke puskesmas guna mendapatkan perawatan medis.
Data yang dihimpun Radar Cirebon, dua ruang kelas yang atapnya ambruk merupakan bangunan yang baru direnovasi pada Oktober 2022 dengan anggaran Rp188 juta.
Kepala Disdik Kabupaten Cirebon H Ronianto SPd MM mengaku prihatin dengan ambruknya atap ruang kelas SMPN 2 Greged. “Kejadian pukul 9. Kita prihatin sekali sampai terjadi seperti ini. Ada korban enam siswa, tapi mereka sudah kembali ke rumah masing-masing," tuturnya saat dijumpai Radar Cirebon di lokasi kejadian.
BACA JUGA:Wanita di Cirebon Spesialis Penipuan Jual Rumah: Baru Keluar Penjara, Masuk Lagi
Ia mengungkapkan, dugaan penyebab ambruknya atap ruang kelas dimungkinkan karena kesalahan perencanaan.
“Dugaan penyebab kami mungkin karena konstruksinya pakai baja ringan tapi gentengnya gunakan genteng beton atau genteng merah yang terbuat dari tanah sehingga bebannya mungkin tidak sebanding. Apalagi malam hujan besar. Akan kita evaluasi untuk perencanaan selanjutnya," tutur Ronianto.
Masih kata Ronianto, pihaknya sebenarnya sudah melarang menggunakam genteng beton jika konstruksi baja ringan.
“Kami sudah melarang memakai genteng beton kalau konstruksinya itu baja ringan. Kalau pakai baja ringan, maka gentengnya harus genteng metal sehingga bebannya tidak terlalu berat," ujarnya.
BACA JUGA:Ridwan, Maraton 42 KM Pakai Sandal: Tak Sekadar Tantangan, tapi Juga Perbaiki Tipe Pronasi saat Lari