Oleh: Endang Kurnia
MENJALANI kehidupan sehari-hari paling tidak memiliki variasi, mulai dari penemuan jati diri, ber-ekspresi, ber-eksistensi, hingga menonjolkan potensi diri.
Semua hal itu dijalani dengan menikmatinya di setiap hari. Tanpa mempedulikan rintangan yang setiap saat menghampiri. Terus berpikir ke depan untuk produktivitas sebagai seorang pribumi.
Minimal sambil menyeruput segelas kopi, duduk tenang, serta bersyukur kepada Tuhan, tentang apa yang telah diberikan kepada kita hingga kini.
Sambil menentukan satu langkah dua langkah untuk sebuah pilihan yang kita pilih untuk ke depannya yang baik dan pas di hati.
BACA JUGA:Transformasi Guru Majukan Indonesia
Di dalam buku “Berpikir untuk Berjiwa Besar” (The Magic Of Thinking Big) karya David J. Schwartz, ada satu kalimat yang baik untuk kita ambil serat maknanya, yakni: “Kemampuan berpikir dengan membuat suatu kepercayaan untuk meluncurkan diri menuju keberhasilan menggunakan kekuatan keyakinan.”
Dari kalimat tersebut, bisa kita tarik benang merahnya untuk membuat hal itu sebagai notice atau alarm diri. Agar kemampuan berpikir kita diimbangi dengan langkah yang dilandasi keyakinan akan suatu hal positif. Sehingga dapat melekat di kehidupan kita.
Berawal dari penemuan jati diri, yaitu biasanya dialami ketika masa usia remaja mengharuskan kita untuk menemukannya melalui aspek agama atau life-rule.
Di dalam agama, kita akan menemukan kesejatian hidup melalui ketenangan jiwa. Sehingga akan memunculkan suatu indikasi, agar supaya selalu tenang untuk menjalani hidup.
BACA JUGA:Bahas Raperda RTRW, Belajar Dulu ke DPRD Surabaya
Meskipun banyak rintangan menghadang, namun perlu diingat, bahwa tenang bukan berarti tidak ada pergerakan. Akan tetapi sikap untuk menghadapi rintangan dengan tetap tenang.
Setelah penemuan jati diri, kemudian berlanjut ke berekspresi. Berekspresi merupakan suatu cara untuk menggambarkan suasana hati dan pikiran.
Dari berekspresi akan timbul suatu keterbukaan yang memudahkan untuk berinteraksi dan mudah bertukar pendapat dengan orang lain. Bahkan berinteraksi dengan orang yang tidak kenal sekali pun.
Memang tidak mudah untuk membangun kepercayaan dengan modal berekspresi. Karena kita juga membutuhkan eksistensi sebagai tunjangan atau daya pikat terhadap orang lain.
BACA JUGA:Gencar Sosialisasi, Kasus Bullying Bisa Ditekan