Sayang, kisruh di PSSI membuat proyek yang sedang dibangun Alfred Riedl terhenti. Djohar Arifin waktu itu menyebut tidak ada perjanjian hitam di atas putih antara federasi dan pelatih.
Tujuh tahun kemudian timnas Indonesia kembali kehilangan pelatih. Kali ini nakhoda asal Spanyol, Luis Milla, yang jadi korban. Pemecatan Milla dipicu kegagalan timnas U-22 Indonesia ke Piala Asia U-23 2018. Tetap saja keputusan PSSI yang diketuai Edy Rahmayadi saat itu dianggap blunder.
Kinerja mantan pemain Real Madrid disanjung banyak pihak. Tidak sedikit pula yang menganggap permainan atraktif timnas saat ini ditanam oleh Milla. Atas keputusan federasi, Luis Milla sampai angkat bicara. Dalam ucapan perpisahan di Instagram pribadi, ia menyebut PSSI tidak profesional dan memiliki manajemen yang buruk.
BACA JUGA:Gaya Hidup YONO, Berimbas Positif pada Bisnis Penyewaan
Baik Shin Tae-yong, Luis Milla, hingga Alfred Riedl, gagal mempersembahkan trofi untuk timnas Indonesia. Walau begitu, mereka mampu membawa para pemain naik level secara kolektivitas.
Sampai saat ini pemecatan Milla dan Riedl masih disesalkan banyak pihak. Sekarang para suporter kembali diingatkan dua kejadian tersebut karena PSSI benar-benar mengakhiri kerja sama dengan mantan pelatih Seongnam FC tersebut. (mid)