Sedikitnya 100 perencana kota nasional dan mancanegara berkumpul dalam The 2nd Rebana Expo: Asia-Pacific Metropolitan Planning Caucus di Hotel Santika Linggarjati, Kuningan, pada 20-22 November 2024. Dalam kegiatan tersebut, mereka berbagi pengalaman dan merumuskan langkah-langkah konkret dalam pengelolaan aglomerasi perkotaan dalam rangka mengejar target pertumbuhan ekonomi 8% yang inklusif dan berkelanjutan.
Wakil Kepala Pelaksana Badan Pengelola (BP) Kawasan Metropolitan Rebana Bidang Hubungan Kerja Sama Budhiana Kartawijaya mengatakan, Forum The 2nd Rebana Expo: Asia-Pacific Metropolitan Planning Caucus melibatkan para pakar perencana kota dari sejumlah negara sahabat di antaranya Brasil, Kanada, Australia, Tiongkok, India, Afrika Selatan, dan Vietnam.
Forum yang berlangsung selama tiga hari dan diorganisasi oleh BP Rebana Provinsi Jawa Barat ini juga melibatkan pakar perencanaan dari Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Indonesia, Cities Lab Indonesia, Forum of Federations dan Indonesia Center of Metropolitan Study ITB Cirebon serta para perencana kota/kabupaten Kawasan Rebana yang meliputi Kabupaten Cirebon, Indramayu, Subang, Majalengka, Kuningan, Sumedang dan Kota Cirebon.
"Acara ini sengaja diadakan di kaki Gunung Ciremai, yang tidak hanya menawarkan suasana inspiratif tetapi juga mengingatkan kita pada semangat historis Linggarjati. Dalam tiga hari, para ahli dan peserta akan membahas isu-isu strategis seperti kelayakhunian kawasan metropolitan, perencanaan pembangunan dan pembiayaan, tata kelola, serta dampak sosial dan ekonomi dari aglomerasi," papar Budhiana di Hotel Santika, Linggarjati, Kuningan Jumat (22/11/2024).
BACA JUGA:Polemik Kosmetik Bahan Merkuri
Budhiana menerangkan, untuk keluar dari perangkap kelas menengah (middle income trap), ekonomi Indonesia harus tumbuh 8%. BP Rebana menilai pertumbuhan ini bisa dicapai dengan mengelola urbanisasi secara produktif melalui pembentukan aglomerasi metropolitan.
“Kawasan metropolitan kini menjadi motor penggerak utama perekonomian global. Di Indonesia, lebih dari separuh aktivitas ekonomi nasional terpusat di wilayah perkotaan, memberikan kontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi,” sebut mantan Pemimpin Redaksi Pikiran Rakyat tersebut.
Di beberapa negara, lanjut Budhiana, pengelolaan aglomerasi metropolitan secara baik juga sudah terbukti mendorong perekonomian negara setempat. Contohnya adalah Guangdong Hongkong-Macau, Tokyo Metropolitan Area, Greater London, New York Metropolitan Area, São Paolo Brasil, Seoul-Incheon Korea, Mumbai Metropolitan Region, Valle de Mèxico, dan lain-lain.
“Kawasan-kawasan ini mengelola metropolitan dan urbanisasi secara produktif sehingga menjadi motor pertumbuhan ekonomi negara setempat,” kata Budhiana.
BACA JUGA:Jembatan Hati
Untuk itu BP Rebana sebagai badan pengelola aglomerasi pertama di Indonesia merasa berkepentingan mengundang para perencana dunia yang berpengalaman merancang kawasan aglomerasi dunia di atas untuk berbagi pengalaman mengelola kawasan aglomerasi.
Dari diskusi ini, kata Budhiana, diharapkan nanti akan menghasilkan solusi konkret yang dapat diterapkan di Indonesia, khususnya di kawasan Rebana Metropolitan, yang mencakup tujuh kabupaten/kota dan memiliki potensi besar untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di Jawa Barat.
Salah satu hasil utama dari acara ini adalah Linggarjati White Paper, sebuah dokumen strategis yang berisi rekomendasi untuk mendukung pembangunan metropolitan yang inklusif, berkelanjutan, dan layak huni. Nama dokumen ini merujuk pada semangat kolaboratif yang terinspirasi dari perundingan Linggarjati, yang merupakan tonggak penting dalam sejarah diplomasi Indonesia.
"Dengan semangat yang sama, Linggarjati White Paper diharapkan menjadi panduan penting bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan metropolitan di masa depan," papar Budhiana.
BACA JUGA:Optimistis Wujudkan Target Zero Kemiskinan Ekstrem