Sehingga betapa banyak orang yang gagal pada akhirnya menjadi orang-orang yang kalah. Tak lagi gigih berjuang mewujudkan mimpinya. Meski mereka menyadari bahwa orang-orang sukses pasti pernah melewati jalan-jalan kegagalan.
Sebabnya tak lain faktor mental yang dipengaruhi mindset. Tidak siap menerima kegagalan dan meyakini kegagalan berarti akhir dari ikhtiar.
PERUBAHAN MINDSET
Menurut Amy C. Edmondson dalam tulisannya Strategies for Learning from Failure (Business Harvard Review, April 2011) menyatakan bahwa kegagalan dan kesalahan hampir tidak dapat dipisahkan dari organisasi, dan budayanya.
BACA JUGA:Sosialisasi Pilkada untuk Lansia
Oleh karena itu, pada titik tertentu terbentuk paradigma psikologis bahwa mengakui kegagalan berarti dapat mentoleransi kesalahan sampai pada titik tertentu.
Itulah sebabnya ada organisasi yang telah beralih ke budaya learning organization di mana manfaat belajar dari kegagalan dapat sepenuhnya diimplementasikan.
Namun bagi sebagian organisasi yang lain, menurut pandangan Edmondson, bahwa paradigma yang terbentuk dimulai dari keluarga hingga terbawa ke organisasi telah membentuk budaya takut gagal dan cenderung menyalahkan pihak yang dianggap penyebab kegagalan.
Paradoks inilah yang dipotret oleh Edmondson ketika menanyakan kepada para eksekutif berapa banyak estimasi mereka dari terjadinya kegagalan dalam organisasi yang sepenuhnya merupakan kesalahan.
BACA JUGA:Pengamat Sebut Perseteruan Dua Paslon Pilkada Berpotensi Turunkan Empati Publik
Para eksekutif seringkali mengakui bahwa hanya sedikit kegagalan yang benar-benar pantas disalahkan, biasanya berkisar antara 2 persen hingga 5 persen.
Namun, ketika ditanya bagaimana kegagalan tersebut diperlakukan, persentase yang jauh lebih tinggi, berkisar antara 70 persen hingga 90 persen, dianggap sebagai kegagalan yang pantas disalahkan.
Kesenjangan persepsi ini dapat memiliki dampak yang merugikan pada pembelajaran dan perbaikan organisasi.
Ketika kegagalan secara berlebihan dianggap sebagai kesalahan, karyawan mungkin enggan melaporkannya, sehingga terlewat kesempatan untuk pembelajaran dan pertumbuhan.
BACA JUGA:Tim Jalur Langit Siap Menangkan Paslon Nomor Urut 2
Penekanan pada kesalahan dapat menciptakan budaya ketakutan dan penghindaran daripada budaya yang mendorong transparansi, inovasi, dan ketahanan.