Dalam konteks deflasi yang berkepanjangan, sense of Crisis harus dipandang sebagai dorongan untuk merespons penurunan daya beli, kemerosotan konsumsi dan ancaman terhadap kesejahteraan masyarakat dengan langkah langkah yang serius.
Data BPS menunjukkan yang memberi sumbangan terbesar dalam penurunan harga tersebut kelompok harga makanan minuman dan tembakau, tetapi penyebab deflasi bukan semata mata karena kelompok makanan minuman dan tembakau namun daya beli masyarakat merupakan faktor juga yang menahan laju inflasi.
Data survei penjualan eceran agustus 2024 Bank Indonesia tinggi ditopang kelompok makanan, minuman & tembakau (300,8) namun BI tetap memperkirakan kelompok ini akan turun di bulan September.
Kondisi ini tidak boleh di anggap remeh karena jika tren ini berlanjut bisa memperburuk situasi ekonomi dan memperpanjang periode deflasi.
BACA JUGA:Musim Taman Rendeng, Gapoktan Sri Makmur Hasilkan 13 Ton Per Hektare Padi Organik
Contoh nyata tidak adanya kenaikan cukai terhadap rokok, akibatnya inflasi yang di sumbangkan agak landai malah cenderung menjadi deflasi, karena ini akibat masyarakat mulai beralih dari rokok bercukai tinggi ke rokok murah atau bahkan tanpa cukai.
Ini bukan sekadar masalah preferensi, tetapi lebih merupakan cerminan dari menurunnya daya beli dan upaya masyarakat untuk mencari cara menghemat pengeluaran.
Pergeseran ini menunjukkan bahwa tekanan ekonomi telah mendorong masyarakat kelas menengah dalam kebiasaan konsumsinya.
Pemerintah perlu menyadari bahwa perubahan pola konsumsi ini adalah tanda krisis yang lebih dalam, bukan hanya sekadar penyesuaian pasar.
BACA JUGA:Di Acara Bimtek, Oknum PPK Kuningan Cabuli Rekannya di Hotel
Kondisi ini mengindikasikan adanya penurunan status ekonomi di kalangan kelas menengah, yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian nasional.
Ketika kelas menengah mulai merasakan tekanan finansial yang hebat dan menurunkan standar konsumsi mereka, dampaknya bisa meluas ke seluruh lapisan masyarakat.
Penurunan konsumsi kelas menengah tidak hanya berdampak pada bisnis ritel, tetapi juga pada sektor lain seperti properti, otomotif, dan jasa.
Hal ini akan menciptakan efek domino yang memperparah deflasi dan mengancam kelangsungan lapangan kerja di berbagai sektor.
BACA JUGA:12 Pejabat Ikuti Seleksi Terbuka Jabatan Sekda Kuningan
Pemerintahan yang baru ini dibawah kepemimpinan Prabowo Subianto yang akan dilantik 20 Oktober 2024 sebagai presiden republik Indonesia harus segera mengambil tindakan dimulai dengan Sense of Crisis bahwa keadaan satu dua tahun terakhir tidak baik baik saja.