Oleh: Munib Rowandi Amsal Hadi*
BANYAK ungkapan yang sering kita dengar di tengah masyarakat yang membedakan antara adab dan kepandaiain. Sing penting benar. Akeh wong pinter tapi bli bener. Yang penting ahlaknya yang baik.
Ungkapan-ungkapan tersebut memposisikan adab tidak ada kaitan dengan kepandaian. Berbuat benar tidak ada kaitan dengan kepintaran.
Bahkan ada pernyataan yang lebih ekstrim lagi yaitu pinter bli penting sing penting bener. Kepandaian tidak diperulukan, yang diperlukan adalah berbuat benar.
BACA JUGA:Populasi Elang Jawa di Gunung Ciremai Meningkat
Pernyataan tersebut tidaklah sepenuhnya benar. Karena, adab dan kepandaian mestinya saling terkait. Bener dan pinter mestinya saling berhubungan.
Maka cara berfikir yang membandingkan anatara adab dan kepandaian adalah cara berfikir yang masih dapat diperdebatkan.
Hal yang sederhana yang dapat dipertanyakan adalah benarkah seseorang yang tidak memiliki kepandaian dapat melakukan adab yang baik?
Apakah orang yang memiliki kepandaian tidak menjamin memiliki adab yang baik? Orang yang beradab baik, boleh jadi orang itu bodoh. Orang yang tidak beradab, boleh jadi ia orang yang pandai.
BACA JUGA:Universitas YPIB Majalengka Gencar Sosialisasi Pencegahan Perceraian
MAKNA ADAB
Sangatlah disayangkan, bila kita masih berfikir bahwa adab dan kepandaian sesuatu yang berbeda dan tidak ada kaitannya.
Karena kesimpulan ini memunculkan pendapat bahwa orang yang beradab bisa jadi ia orang bodoh. Pendapat ini tentu bertolak belakang.
Kebaikan bersanding dengan kenistaan. Dan yang ekstrim lagi, dapat disimpulkan kebodohan dapat menciptakan orang yang beradab.
BACA JUGA:Naik Jadi Rp5.000/Suara