Oleh: H Imam Nur Suharno SPd SPdI MpdI*
SETIAP tanggal 22 Oktober selalu diperingati sebagai Hari Santri Nasional (HSN). Peringatan HSN ini sangat penting karena mengingatkan kembali peran pesantren dalam meraih kemerdekaan dan kontribusi pesantren dalam membangun karakter bangsa serta melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan berkarakter.
Pesantren sangat menjaga kesucian hati dan akhlak, berpegang teguh pada akidah, nilai, dan ajaran Islam rahmatan lil’alamin serta tradisi luhur bangsa Indonesia.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Tanah Air sebagai pusat pendidikan akhlak mulia.
Ada beberapa indikator yang digunakan untuk melihat kualitas moral kehidupan suatu bangsa. Menurut Thomas Lickona (1992) terdapat sepuluh tanda dari perilaku manusia yang menunjukkan arah kehancuran suatu bangsa.
BACA JUGA:Parkir (Ketika Berhenti dari Jabatan)
Pertama, meningkatnya kekerasan di kalangan remaja. Kedua, ketidakjujuran yang membudaya. Ketiga, semakin tingginya rasa tidak hormat kepada orang tua, guru, dan figur pemimpin. Keempat, pengaruh per-group terhadap tindakan kekerasan. Kelima, meningkatnya kecurigaan dan kebencian.
Keenam, penggunaan bahasa yang memburuk. Ketujuh, penurunan etos kerja. Kedelapan, menurunnya rasa tanggungjawab individu dan warga negara. Kesembilan, meningginya perilaku merusak diri. Dan kesepuluh, semakin kaburnya pedoman moral.
Dekadensi moral di era globalisasi dewasa ini, bila melihat apa yang disampaikan oleh Thomas Lickona tentang ciri penurunan moral, sangat mengkhawatirkan. Maka itu, agar masyarakat dapat terjaga dari serangan budaya yang tidak sesuai dengan norma agama dan moral bangsa, posisi pendidikan agama dan moral menjadi semakin penting.
Berbicara tentang pendidikan agama dan akhlak (moral), tidak bisa dilepaskan dengan sistem pendidikan di pesantren. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia, yang memiliki andil besar dalam membangun bangsa ini.
BACA JUGA:Metode Gaya Belajar yang Membuat Materi Lebih Mudah Dipahami
Sejarah membuktikan, betapa besar arti pentingnya pesantren dalam rentang perjalanan bangsa Indonesia pada zaman penjajahan.
Pesantren telah melakukan kegiatan yang pada hakikatnya terpusat pada pengembangan sumber daya manusia (SDM), yang kemudian amat berperan pada pergerakan perjuangan untuk merebut kemerdekaan
Sejarah menunjukkan banyak tokoh bangsa lahir dari ‘rahim’ pesantren, seperti Sahal Mahfudz, Hasyim Muzadi, A Mukti Ali, Ahmad Syafii Maarif, Hidayat Nur Wahid MA, Agus Salim, HOS Cokroaminoto, Kahar Muzakir, Ahmad Dahlan, Abdurrahman Wahid, Amin Rais, Din Syamsuddin, M Maftuh Basyuni, Mahfud MD, dan Jimly Assiddiqie.