Parkir (Ketika Berhenti dari Jabatan)

Jumat 18 Oct 2024 - 15:47 WIB
Reporter : Bambang
Editor : Bambang

Sebagian orang melepaskan lelah dengan berjalan-jalan di dalam kota. Mereka mencari rumah makan yang khusus, berbeda dengan makan sehari-hari.

Mereka bersama keluarga menikmati makanan khusus. Makan di rumah makan memerlukan perjuangan yang cukup lelah juga. 

Banyak rumah makan yang sudah dipesan. Rumah siap  menerima, belum tentu dapat tempat parkir. Mencari tempat parkir bisa berkeliling, membuang waktu untuk menunggu mobil yang ke luar dari tempat parkir. 

Tempat parkir menjadi urusan penting. Pertemuan bisa gagal karena tidak ada lahan parkir. Anna Sabandina selalu memikirkan tempat parkir pada saat mendapatkan undangan pernikahan, misalnya.

BACA JUGA: Baher Blusukan dan Menginap di Rumah Warga

Dia cek dulu tempat parkir sebelum berangkat. Jika cucunya mengajak berjalan-jalan ke mall (belanjapuri, pusat perbelanjaan), harus dicek dulu lahan parkirnya.

Anna harus memperhitungkan waktu sepi agar mendapatkan tempat parkir. Kita harus pandai memilih tujuan yang lahan parkirnya luas. 

Betapa sulit mencari tempat parkir, terutama pada hari libur dan akhir pekan. Parkir itu menjadi penting sebagai tempat istirahat sesaat setelah berkendaraan sekian jam atau sekian hari atau sekian puluh menit.

Antara jalan dan berhenti harus seimbang agar tidak mendapat kesulitan. Keseimbangan antara bekerja dan beristirahat akan menjelaskan kebugaran tubuh.

BACA JUGA:Ridho Optimis Paslon Ridho-Kamdan Tetap Menang Meskipun Berbagai Isu Miring Beredar

Orang-orang yang bekerja terus, suatu saat akan diberhentikan paksa karena tubuh tidak lagi mampu bekerja. Jadi parkir, berhenti sejenak diperlukan.

Parkir bisa juga dilakukan selamanya, misalnya dalam hal jabatan karena tidak memenuhi syarat. Bila sampai waktunya sesuai dengan ketentuan, misalnya telah menjabat 2 periode, pejabat itu harus “parkir” sangat lama. 

Mungkin bisa pindah jabatan yang berbeda, atau mungkin karena tidak lagi memenuhi persyaratan. Jadi mereka “parkir” selamanya (pensiun), kembali ke tempat asal, tidak mempunyai  jabatan. Seorang gubernur, misalnya kembali menjadi rakyat setelah menyelesaikan amanahnya. 

Dia kembali berkumpul dengan keluarganya, dengan tetangganya. Banyak pejabat yang biasa pada saat menyelesaikan jabatannya.

BACA JUGA:Tumpukan Sampah di Aliran Sungai Cigede, Gema Jabar Hejo Langsung Koordinasi dengan Berbagai Pihak

Mereka tidak merasa kehilangan apa pun. Mereka menyadari bahwa jabatan itu titipan, amanah yang hanya mampir pada dirinya. Jadi, mereka tidak merasa memiliki jabatan. 

Tags :
Kategori :

Terkait