CIREBON - Tidak banyak yang tahu bahwa silent killer terbesar di Indonesia bukanlah penyakit menular. Justru, silent killer terbesar di Indonesia adalah penyakit tidak menular. Salah satunya adalah penyakit jantung.
Kematian akibat penyakit jantung di Indonesia cukup tinggi. Bahkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI merilis penyakit kardiovaskular atau jantung menjadi penyebab kematian terbanyak di Indonesia.
Berdasarkan data Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) yang telah tayang di dataindonesia.id, kasus kematian akibat penyakit jantung atau kardiovaskular di Indonesia sebanyak 251,09 per 100.000 orang pada 2019. Jumlah itu meningkat 1,25% dibandingkan setahun sebelumnya sebanyak 247,99 kematian per 100.000 penduduk.
Melihat trennya, kasus kematian akibat penyakit jantung di dalam negeri terus meningkat. Bahkan, kenaikannya mencapai 100 kematian per 100.000 penduduk jika dibandingkan pada 1990. Menurut provinsinya, kematian akibat penyakit jantung paling tinggi di Yogyakarta pada 2019, yakni 418,93 per 100.000 penduduk.
Setelahnya, ada Jawa Tengah dengan kasus kematian akibat penyakit jantung sebanyak 340,13 per 100.000 penduduk. Kasus kematian akibat penyakit jantung di Jawa Timur sebesar 326,97 per 100.000 penduduk. Lalu, Sulawesi Utara dan Sumatera Barat memiliki kasus kematian akibat jantung per 100.000 penduduk masing-masing sebanyak 320,01 dan 267,7. Lebih lanjut, penyakit jantung menjadi penyakit katastropik dengan biaya klaim terbesar dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Berdasarkan data BPJS Kesehatan, klaim yang harus dibayar dari 15,5 juta kasus penyakit jantung di Indonesia mencapai Rp12,14 triliun pada 2022.
Tingginya kasus kematian akibat penyakit jantung, Edial Sanif sebagai dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, tergerak untuk mengkampanyekan hidup sehat. Edial Sanif sudah cukup lama mengkampanyekan pentingnya menjaga kesehatan jantung. Ada 7 hal menjaga kesehatan jantung, di antaranya tetap aktif dalam beraktivitas fisik seperti olahraga, tidak merokok. Jika telanjur, berhentilah merokok!
Selanjutnya, atur berat badan dengan menjaga pola makan yang sehat, seimbang, rendah lemak, dan rendah kadar gula. Mengonsumsi makanan yang kaya akan serat seperti buah dan sayur. Kurangi pemakaian garam pada masakan dan perhatikan juga kadar garam pada makanan siap santap. Konsumsilah ikan, paling tidak dua kali dalam seminggu, dan kurangi konsumsi lemak jenuh.
Menurut Edial, sejak lama dirinya mengajak masyarakat menjaga pola hidup sehat dengan senam jantung sehat. Dan, kegiatan senam jantung sehat hingga saat ini terus rutin digelar di Kompleks Stadion Bima setiap hari Minggu. Pesertanya ribuan orang.
Olahraga teratur, menuurt Edial, tidak harus setiap hari. Sepekan bisa dua kali olahraga ringan, yang penting konsisten waktunya.
“Pentingnya menjaga kesehatan jantung, melalui senam jantung sehat rutin setiap hari Minggu di Stadion Bima, masyarakat menjadi sadar pentingnya menjaga kesehatan jantung,” kata Edial.
Tingginya angka kematian akibat penyakit jantung, Edial Sanif bersama kolega sesama ahli penyakit jantung melalui kolegium PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia), rutin menggelar simposium tentang penyakit jantung. Tujuannya, salah satunya bagaimana caranya menekan angka kematian penyakit jantung. Termasuk di antaranya kampanye hidup sehat. (abd)