Ketua DPRD Kuningan, Nuzul Rachdy berbagi cerita dan pengalaman saat masa sulit dalam perjalanan karir sebelum terjun di politik. Bahkan saat tahun 90 an, Nuzul sempat pula terjun di dunia jurnalistik sebagai wartawan daerah.
Pria kelahiran Bandung 5 Maret 1961 ini, mulai masuk di politik sejak 1996. Pada 1998, Nuzul Rachdy menduduki posisi Ketua PAC PDI Perjuangan Jalaksana, Kuningan.
Semasa itu, Ia juga terpilih sebagai Anggota DPRD Kuningan dengan posisi Ketua Fraksi PDIP. Sejak 1998 hingga sekarang, Nuzul Rachdy selalu terpilih ketika mengikuti kontestasi Pileg Kuningan.
Sejumlah posisi strategis di Alat Kelengkapan Dewan (AKD) pernah ditempati. Bahkan jabatan Ketua Fraksi PDIP DPRD Kuningan diemban pada periode 1998-2004 dan 2014-2019.
BACA JUGA:Penularan Virus Covid-19 Varian JN.1 Ditemukan di Jakarta dan Batam, 2 Meninggal
Saat ini, Nuzul Rachdy dipercaya menjadi Sekretaris DPC PDIP Kuningan. Bahkan di legislatif, Nuzul Rachdy menjabat Ketua DPRD Kuningan periode 2019-2024.
Beberapa pendidikan nonformal tingkat nasional pernah dijalani. Misalkan saja Pendidikan Guru Kader tingkat nasional PDIP di tahun 2019.
Di tahun 2020, Ia juga terpilih menjadi salah satu peserta Pendidikan Program Pemantapan Pimpinan Daerah Angkatan (P3DA) XI Lemhanas RI. Terlebih di tahun 2023, Nuzul Rachdy lagi-lagi terpilih mengikuti Kursus Pemantapan Pimpinan Daerah (KPPD) Lemhanas RI.
Meski terbilang sukses menapaki karir politiknya, namun masa-masa sulit pernah dilalui. Termasuk pernah menjadi wartawan di tahun 1990 an.
BACA JUGA:PDIP Usul Debat Capres Gunakan Podium, Anies Mengaku Siap Format Apa Saja
“Memang awalnya saya hanya hobi menulis pada waktu itu, menulis puisi, prosa dan lainnya. Akhirnya saya diajak gabung oleh teman-teman PWI untuk menjadi jurnalis, karena mereka melihat tulisan saya,” kata Nuzul Rachdy.
Ia mengaku, beberapa karya jurnalistik yang dibuat pernah dimuat di media massa seperti Kuningan Pos, Linggarjati, Pesona Indonesia, dan Inti Jaya. Namun memasuki tahun 1996, menjadi langkah awal Nuzul Rachdy menapaki diri sebagai seorang politisi dari PDI Perjuangan (dulu PDI).
“Saat itulah tonggak reformasi dimulai. Pemerintah Orba saat itu sangat tidak suka pada gerakan berbau rezim Sukarno,” katanya.
Ketika itu, Ia mengaku jatuh hati pada pergerakan politik dan bergabung dengan PDIP. Bahkan sejak bergabung, Ia tidak pernah pindah ke lain hati dan tetap konsisten di PDIP.
BACA JUGA:TMII Bakal Ramaikan Pekan Nataru dengan Acara Seru, Ada Konser Musik hingga Stand-up Comedy