Believe In Process
Ilustrasi percaya pada proses.--unsplash
Oleh: Asep Budi Setiawan*
TANYALAH orang-orang yang aktif di bidang pariwisata mengapa turis mancanegara senang melakukan perjalanan siang hari?
Maksud saya, berangkat dan pergi dilakukan siang hari, misalnya, ketika menggunakan moda transportasi bus atau kereta api.
Mereka tidak sekadar berpikir destinasi, tujuan yang sudah diplot sejak awal, namun bisa menikmati perjalanan, melihat pemandangan – sawah, gunung, dan rumah-rumah – dan di jalan tidak sekadar tidur.
BACA JUGA:Pemerintah Percepat Transformasi Digital Lewat Pemanfaatan SDI
Ini bisa jadi amsal saat saya mendengar nasihat seorang teman. Kita cenderung fokus pada tujuan. Target menjadi segala-galanya. Lupa proses pun bisa dinikmati.
Makan hanya agar perut kenyang, sedangkan kenikmatan menyantap, mengunyah, dan rasa yang dicecap kadang terlupakan.
Padahal setiap proses memiliki sensasi tersendiri. Sensasi yang kita alami, proses sadar atau mental yang dihasilkan dengan merangsang organ indera, saraf sensorik, atau daerah sensorik di otak.
Proses fisik saat organ indera kita -- mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit bereaksi terhadap rangsangan eksternal.
BACA JUGA:Suhendrik Beri Apresiasi Jika RT/RW Terbaik Mengelola Lingkungan Siap Berangkat ke Luar Negeri
Saya mengalami banyak hal. Seolah segalanya mudah. Orang menganggap, kalau saya yang melakukan, bisa berjalan lancar dan berhasil. Namun, untuk sampai pada titik ini, saya butuh proses panjang.
Saya teringat seorang bupati, yang saya dampingi selama menjabat, bilang kita harus “berinvestasi”. Ungkapan yang lebih verbal “berbuat baik”, kepada siapa pun.
Sebab bila kita membangun pertemanan, persaudaraan, termasuk “karesep”, suatu saat akan terasa manfaatnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), proses bisa “disurahan” sebagai rangkaian tindakan, pembuatan, atau pengolahan yang menghasilkan produk sesuai yang diinginkan.