Membentuk Generasi Toleran
Ilustrasi toleransi di Indonesia.-istimewa-
Oleh: Siti Jubaedah*
SEBAGAI bangsa yang plural dan lahir dari kemajemukan sosial, persahabatan antar masyarakat Indonesia kiranya perlu diciptakan. Kemajemukan adalah kekuatan sosial dalam membangun sebuah bangsa.
Namun tidak dapat dinafikan kemajemukan tersebut berpeluang menciptakan perbenturan sosial yang tidak dapat dihindari hingga resiko konflik yang cukup tinggi.
Sebagai contoh, kasus Pelanggaran Kebebasan Beragama hingga hari ini masih ditemukan.
BACA JUGA:Ruang Hampa Penegakan Hukum di Indonesia
Salah satu pemicu intoleransi di atas karena lemahnya karakter toleransi, tengang rasa dan mudah terprovokasi yang berujung pada sikap anarkis.
Hal ini menyebabkan mereka kehilangan identitas dan karakter positif, serta memicu ketidakharmonisan dalam hubungan sosial di masyarakat Lantas adakah prinsip dasar yang dapat diimplementasikan dalam membangun hubungan persaudaraan penuh kasih untuk mengatasi konflik, terutama konflik antar kelompok dengan beragam kepercayaan?
Menurut hemat penulis, urgensi pengembangan sumber daya manusia yang unggul tidak hanya dinilai pada aspek kognitif yang tinggi dan keterampilan yang mumpuni, tetapi yang tidak kalah penting adalah kualitas moral dan karakter yang sejalan dengan nilai-nilai luhur yang termaktub dalam pancasila.
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA
BACA JUGA:Mahasiswa IPB University Panen Sayuran Hidroponik Bareng Warga Pasawahan
Pada akhirnya, tanggung jawab atas kualitas moralitas anak tidak hanya terletak pada institusi pendidikan formal saja, tetapi juga pada lembaga pendidikan informal dan keluarga sebagai komunitas terkecil dalam masyarakat tutut bertanggung jawab dalam membentuk karakter anak.
Peran yang dimainkan orang tua dalam membantu generasi muda menjadi lebih toleran terhadap orang lain sangatlah penting, karena orang tua berperan sebagai role model.
Orang tua melalui interaksinya memberikan teladan yang baik dan diterima di masyarakat sehingga orang tua menjadi teman yang dapat dipercaya. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan dalam menciptakan kualitas moralitas- karakter yang toleran.
Pertama, membangun keluarga atas dasar kasih. Kasih adalah bahasa universal yang memungkinkan orang untuk menerima kelebihan dan kekurangan orang lain.