Jumat, 08 Nov 2024
Network
Beranda
Headline
Berita Utama
Wacana
Aneka Berita
Metropolis
Kabupaten
Kabupaten Cirebon
Kabupaten Kuningan
Kabupaten Indramayu
Kabupaten Majalengka
All Sport
Nasional
Internasional
Jawa Barat
Network
Beranda
Wacana
Detail Artikel
Konfrontasi Agama dan Sains
Reporter:
Bambang
|
Editor:
Bambang
|
Minggu , 30 Jun 2024 - 16:21
ilustrasi--
konfrontasi agama dan sains oleh: achmad salim* konfrontasi antara agama dan sains adalah permasalahan klasik yang terus menjadi diskursus berkepanjangan. tak hanya kaum sekuler penganut aliran positivistik yang mempertentangkan antara agama (religion) dengan sains, tetapi tak jarang pula elite agama, baik yang berstatus akademisi maupun ulama, turut mengabadikan perseteruan tersebut. kaum sekuler penganut paham positivistik menilai bahwa kebenaran sains adalah kebenaran obyektif, atau secara umum diistilahkan “ilmu pasti atau eksakta”. sehingga mereka menolak intervensi agama terhadap sains. baca juga:lapar adalah maut dalam pandangan mereka, agama tidak bisa disamakan dengan sains, karena, seperti dikatakan syafii maarif, kebenaran agama adalah kebenaran berdasarkan persepsi pemeluknya. (ahmad syafii maarif, mencari autentisitas dalam dinamika zaman, 2019). dilain pihak, kaum agamawan juga menyatakan bahwa kebenaran di luar kebenaran agama adalah bersifat relatif dan kebenaran agama bersifat mutlak. jika terjadi dialektika dalam hal kebenaran, maka kebenaran agamalah yang harus dimenangkan. louis leahy (2006) tidak bisa menyembunyikan keresahannya karena betapa seringnya agama ditabrakkan dengan sains dan kosmologi dalam pemahaman kontemporer. bagi leahy, antagonisme atau ketidakpercayaan itu berasal dari ketidaktahuan dan ketidakmampuan masing-masing atas apa yang terjadi di bidang penyelidikan ilmiah dan apa yang menjadi ciri monoteisme sejati. baca juga:kendalikan inflasi, rw 15 permata harjamukti manfaatkan lahan kosong dengan tanaman hortikultura pergulatan agama dan sains saat pandemi covid-19 menjangkiti hampir seluruh wilayah dunia, perdebatan tentang otoritas ilmu pengetahuan dan kebenaran agama kembali mengemuka. fenomena tersebut dipicu oleh perbedaan sudut pandang tentang bagaimana melawan wabah dan menghentikan penyebarannya. sains yang berorientasi pada nalar dan agama yang berbasis pada keyakinan lebih sering dilihat sebagai dua hal yang bertanding daripada bersanding. baca juga:target juara umum, kontingen kota cirebon ikuti kontes pai sd tingkat jawa barat merasa di atas dengan berbagai inovasi ilmiahnya, para ilmuwan menuding kaum agamawan sebagai kelompok tradisional yang irasional dan tidak valid. logika orang beragama seringkali tidak bisa dihubungkan dengan pola pikir para ilmuwan atau bahkan sering dipandang kontradiktif. penemuan-penemuan ilmiah baru (discovery) seringkali menjungkirbalikkan semangat monoteisme agama. sains ini lebih diidentikkan dengan pengetahuan rasional dan empiris, sedangkan agama merupakan pengetahuan yang bersifat intuitif. menurut para ilmuwan, keterlibatan unsur-unsur spiritual dianggap tidak penting bahkan merugikan. baca juga:lokasi psu di pegambiran kota cirebon tetap seperti pada 14 februari 2024 menurutnya, pengetahuan berdasarkan panca indera adalah satu-satunya cara untuk mencapai kebenaran. karena konsep metafisik tidak berakar pada pengalaman indrawi. dalam konteks pandemi, keberadaan komunitas umat beragama yang sering melakukan kegiatan secara kolektif menjadi persekusi bagi dunia kesehatan. sementara disisi lain kaum agamawan beranggapan bahwa saintisme telah menginkuisisi kemuliaan manusia atas nama objektivisme sains. para saintis melalui metode eksperimentalnya dengan “pongahnya” beranggapan bahwa. sains satu-satunya problem solver atas permasalahan manusia modern saat ini. baca juga:psu di tps 62 pegambiran: menentukan pemilik kursi ke-6 dapil lemahwungkuk dalam menghadapi pandemi, sains dan agama sepertinya selalu menimbulkan kontroversi. solusi ilmiah seringkali tidak memberi jalan kepada agama. padahal, istilah seperti jarak sosial atau physical distancing justru memicu variasi interpretasi perilaku keagamaan yang sama sekali bertentangan dengan cita-cita dunia medis. upaya titik temu sejatinya agama dan sains meskipun memiliki ekspresi linguistik yang berbeda, tetapi keduanya tidak mesti diperhadapkan-hadapkan (vis a vis) dan berjalan sendiri-sendiri, tetapi dipertemukan (interface). baca juga:hasil audit, kerugian negara proyek alun-alun pataraksa sebesar rp1,2 miliar, tiga tersangka sudah kembalikan keduanya memiliki irisan dan shared values dalam prinsip-prinsip universal, sistemis dan substansi yang sama, yaitu harmoni hidup umat manusia bersama alam semesta (planetary). hal yang sifatnya transcendental justru mendukung spiritualisme dalam menjalani kehidupan duniawi agar lebih terarah. dan sains itu sendiri adalah bagian yang tidak terpisahkan dari islam, from within. islam menginspirasi sains. tanpa islam, sains menjadi rusak dan tidak terkendali, sebaliknya islam tanpa sains, akan mengalami stagnasi (konservatisme) dan kehidupan masyarakat menjadi statis. antara agama dan sains terbentuk relasi yang cair dan dinamis, dan bukanlah dua hal yang paradoksial. ian g. barbour, memformulasikan empat corak relasi antara agama dan sains yang dikenal dengan tipologi barbour. baca juga:koalisi tetap solid, surat tugas demokrat kepada ayu, golkar kepada teguh, kini giliran pkb dan gerindra tipologi ini terdiri dari empat pandangan, yaitu konflik, independensi, dialog dan integrasi, yang mana satu sama lainnya memiliki karakter yang berbeda. (ian g. barbour, issues in science and religion, 1971). karena itu penulis tidak sependapat dengan beberapa pandangan bahwa semakin tinggi pemahaman keagamaan seseorang, maka akan semakin resisten dengan sains; justru dengan pemahaman yang luas terhadap ilmu agama akan membuat seseorang semakin bijak, toleran, realistis dan adaptif dengan perkembangan yang ada dengan karakteristiknya yang fluktuatif dan beragam. pandangan ini juga senada dengan doa “sapu jagat” yang disebutkan oleh allah dalam firman-nya: “dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “yatuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”. (q.s al-baqarah: 201). ayat ini mengisyaratkan tentang pentingnya keseimbangan antara dunia (immanent/material) dan akhirat (trancendental/spiritual). baca juga:baliho sudah tersebar dimana-mana, eh... sekarang abraham mengundurkan diri dari bacabup oleh sebab itu pengabaian terhadap sains atau sebaliknya adalah kontra produktif (counterr-productive) dalam menciptakan kehidupan yang harmoni. (*) *ketua qohuwa buntet pesantren cirebon
1
2
3
»
Tag
Share
Koran Terkait
Kembali ke koran edisi Radar Cirebon 01 Juli 2024
Berita Terkini
Kolaborasi Pengentasan Permukiman Kumuh
Metropolis
13 jam
Walikota dan DPRD Bisa Tidak Gajian
Metropolis
13 jam
Kejanggalan Gedung Setda Kota Cirebon Sempat Diincar KPK
Headline
14 jam
Evaluasi Debat Pilkada Kota Cirebon: Tak Boleh Bawa Contekan, Lokasinya di Kabupaten Cirebon
Headline
14 jam
Mengenal Soerjadi Soerjadarma, Keturunan Kanoman Cirebon yang Jadi Perintis AURI
Headline
14 jam
Berita Terpopuler
Kejanggalan Gedung Setda Kota Cirebon Sempat Diincar KPK
Headline
14 jam
Ingatkan Tak Ubah Subtansi Perda RTRW
Headline
16 jam
Evaluasi Debat Pilkada Kota Cirebon: Tak Boleh Bawa Contekan, Lokasinya di Kabupaten Cirebon
Headline
14 jam
Guru Banyak yang Stres?
Wacana
17 jam
Walikota dan DPRD Bisa Tidak Gajian
Metropolis
13 jam
Berita Pilihan
Timnas Indonesia Resmi Jadi Tuan Rumah saat Kontra Bahrain, Menpora: Tidak Datang, WO
Headline
2 minggu
Timnas Indonesia Kalah Lawan China, Shin Tae Yong Beri Penjelasan Berikut
All Sport
3 minggu
Ranking FIFA Timnas Indonesia Anjlok, Hasil Arab Vs Bahrain Untungkan Indonesia
All Sport
3 minggu
Inilah Update Rangking FIFA Timnas Indonesia Terbaru Usai Tahan Imbang Bahrain
All Sport
3 minggu
Timnas Indonsia Turunkan Kekuatan Penuh, Yakin Bisa Curi Poin dari Bahrain
All Sport
1 bulan