Upaya Menjaga Spiritualitas Ibadah Haji
ilustrasi--
Oleh: H Imam Nur Suharno*
JAMAAH haji secara berangsur kembali ke Tanah Air. Sekembalinya dari Tanah Suci, jamaah selalu rindu ingin kembali ke Tanah Suci. Mengapa kerinduan itu selalu hadir?
Selain adanya tarikan keutamaan ibadah di Tanah Suci, seperti lipatan pahala sampai 1.000 kali lipat jika beribadah di Masjid Nabawi dan 100 ribu kali lipat jika beribadah di Masjidil Haram (HR Ahmad), ada hal lain yang menjadi alasan: merasa amalan yang dikerjakan selama di Tanah Suci kurang maksimal; khawatir amal yang sedikit itu tidak diterima; dan tidak dapat melaksanakan rukun, wajib, dan sunah haji secara sempurna.
Ada amalan sepulang dari ibadah haji yang hendaknya dijaga oleh jamaah agar kenikmatan spiritualitas haji itu tetap terpelihara dengan baik.
BACA JUGA:Ada Apa dengan Ucapan?
Pertama, banyak berdoa. Perasaan takut (khauf) saja tidak cukup, harus diimbangi dengan perasaan penuh harap (raja) kepada- Nya.
Perasaan khauf tanpa raja dapat menyebabkan putus asa. Sebaliknya, raja saja tanpa khauf bisa menyebabkan perasaan sombong.
Berharap diterimanya amal disertai perasaan takut amalnya ditolak dapat mewariskan sikap tawadhu (rendah hati).
Saat harapannya terwujud, ia akan memohon kepada-Nya agar menerima amalnya. Sikap seperti ini yang diteladankan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): 'Ya Tuhan kami, terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui'." (QS al- Baqarah [2]: 127).
Kedua, memperbanyak istighfar. Meskipun seseorang telah berupaya secara maksimal untuk menyempurnakan amal ibadahnya, tetap akan menyisakan kekurangan.
Maka itu, Allah SWT mengajarkan bagaimana menghilangkan rasa kekurangan tersebut, yaitu dengan memperbanyak istighfar setelah melaksanakan ibadah.
"Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS al-Baqarah [2]: 199).