Survei Geolistrik Air Tanah, Kedalaman hingga 40 Meter
GUNAKAN ALAT GEOLISTRIK: Kepala BBWS Cimanuk-Cisanggarung, Dwi Agus Kuncoro ST MM MT.-ADE AGUSTINA-RADAR CIREBON
CIREBON - BBWS Cimanuk-Cisanggarung dilengkapi dengan alat geolistrik untuk mengecek atau mengukur kedalaman air tanah hingga mencapai 40 meter, sebuah fitur yang sangat diperlukan terutama selama musim kemarau.
Dengan bantuan survei geolistrik, pencarian sumber air di dalam tanah menjadi lebih mudah, terutama di daerah-daerah dengan distribusi air tanah yang tidak merata.
Kepala BBWS Cimanuk-Cisanggarung, Dwi Agus Kuncoro ST MM MT, menjelaskan bahwa tim geolistrik terdiri dari staf BBWS yang bekerja langsung tanpa melibatkan pihak ketiga.
Begitu mereka menerima informasi lokasi atau titik yang akan dituju dari kantor BBWS di Jalan Pemuda, tim segera bergerak ke lokasi tersebut.
“Setelah menemukan potensi air, kami akan membuat sumur dengan kedalaman hingga 40 meter. Kami menyarankan agar sumur-sumur ini digunakan khusus selama musim kemarau, sebagai sumur darurat,” ungkap Dwi.
BBWS CC juga telah menyiapkan dua armada tangki air dengan kapasitas masing-masing 5.000 dan 6.000 liter.
Namun, BBWS CC mengakui bahwa dua armada tersebut masih jauh dari ideal mengingat wilayah yang mereka tangani mencakup 8 kota/kabupaten.
Mereka berencana menambah armada secara bertahap, terutama di wilayah Kabupaten Garut yang jauh dari jangkauan kantor BBWS CC.
Dwi Agus Kuncoro menjelaskan bahwa kekeringan dibagi menjadi dua kategori: kekeringan di wilayah permukiman yang membutuhkan air bersih, dan kekeringan di area persawahan yang dapat menggunakan air dari sungai.
“Armada pertama akan kami fokuskan untuk mendistribusikan air bersih ke permukiman, karena airnya bersih dan kami dapat mengambilnya dari sumur. Sementara armada lainnya digunakan untuk mengairi sawah dengan mengambil air dari sungai,” jelasnya kepada Radar Cirebon.
Dwi juga menegaskan perbedaan antara tangki yang digunakan untuk air bersih dan tangki yang digunakan untuk mengairi persawahan.
Kantor BBWS juga memiliki dua sumur yang akan dipompa saat dibutuhkan. Apabila ada permintaan, armada akan segera bergerak dengan tangki yang sudah terisi air.
“Kondisi kekeringan paling parah terjadi di wilayah Cirebon, Brebes, Indramayu, dan timur Kabupaten Kuningan,” tambah Dwi. (ade)