Mahasiswa Magister Kesmas Stikku Ajak Relawan Temukan TB
EDUKASI: Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan (Stikku) melakukan pengabdian masyarakat dengan program Balateka TB (Bersama Relawan Temukan Tuberkulosis) di Kedung Krisik Utara, Kelurahan Argasunya, Kecamatan-ist-RADAR CIREBON
CIREBON - Upaya membantu pencegahan penyakit tuberkulosis (TB), mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan (Stikku) menggelar pengabdian masyarakat pada hari Selasa 21 Mei.
Kegiatan pengabdian tersebut berupa program Balateka TB (Bersama Relawan Temukan Tuberkulosis) di Kedung Krisik Utara, Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti.
Kepala Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Stikku Kuningan, Dr Hj Mamlukah SKM MKEs, menjelaskan bahwa kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan oleh mahasiswa magister kesehatan masyarakat Stikku di Argasunya.
Menurut Mamlukah, pengabdian masyarakat merupakan proyek lapangan yang diimplementasikan langsung kepada masyarakat.
Dengan memberikan edukasi kepada kelompok ini, menurutnya, akan memberikan dampak yang luar biasa di masa yang akan datang dengan memberikan kontribusi bagi masyarakat Argasunya.
Mamlukah menjelaskan bahwa lansia rentan terhadap hipertensi, dan salah satu terapi yang direkomendasikan adalah mendengarkan Murotal Alquran dan aktivitas spiritual.
Dengan mendengarkan Murotal Alquran, hormon kortisol (hormon kecemasan) dapat dikurangi karena penyakit tersebut dipicu oleh stres dan kecemasan.
Sementara itu, Sekretaris Camat Harjamukti, Makmun SE, menyatakan bahwa kegiatan pengabdian masyarakat oleh mahasiswa magister kesehatan masyarakat Stikku Kuningan di Kedung Krisik ini sangat positif.
Wilayah Kelurahan Argasunya memiliki luas yang besar dan sering menjadi lokasi Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari berbagai perguruan tinggi.
”Edukasi tentang TB sangat membantu kami. Menjaga kesehatan, termasuk kesehatan terkait TB, sangat penting bagi kami,” kata Makmun.
dr Evi Wulansari, sebagai ketua kelompok, menjelaskan bahwa tuberkulosis (TBC) masih merupakan penyakit menular yang angka kejadiannya masih tinggi.
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang penularannya melalui droplet udara.
Upaya pencegahan penyakit TB di era new normal dipengaruhi oleh perilaku, pengetahuan, dan sikap yang positif, yang harus terus dilakukan agar mata rantai penularan dapat diputuskan dan pengendalian infeksi dapat dilakukan dengan baik.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, kata Evi, angka kasus TB mengalami peningkatan yang cukup signifikan.