Tolak Study Tour Silakan, Jangan Rendahkan Profesi Guru
Ilustrasi kegiatan study tour.-istimewa-radar cirebon
BACA JUGA:74 ASN Pemkot Ikuti Udin dan UPKPPI
Padahal, belum tentu juga prasangka itu benar. Bisa jadi, sambung Prof Adang, pihak sekolah juga telah menyediakan anggaran khusus untuk keikutsertaan para guru tersebut. Untuk menghilangkan syak wasangka tersebut, Prof Adang meminta kepada para orang tua siswa untuk lebih pro aktif dalam meminta penjelasan mengenai kegiatan study tour tersebut kepada pihak penyelenggara.
Seyogyanya, orang tua dan komite sekolah harus lebih kritis dengan meminta transparansi pada pihak sekolah terkait biaya dan paket wisatanya. “Saya kira kalau itu sudah dilakukan (keterbukaan terkait biaya, red) itu sudah selesai. Tidak akan ada lagi kecurigaan. Daripada menaruh kecurigaan di belakang, lebih baik langsung menanyakannya," tandasnya.
Senada disampaikan Akademisi Fakultas Pendidikan dan Sains (FPS) Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) Cirebon, Hendriwanto MPd. Ia memgatakan, study tour itu bagus sebagai upaya menciptakan pendidikan di luar sekolah dan pembelajaran di lapangan.
Dengan study tour, kata Hendriwanto, siswa bisa memiliki kesehatan mental yang bagus. “Riset juga berkata siswa yang memiliki waktu untuk study tour lebih memiliki keseimbangan emosi dan pikiran," kata Hendriwanto.
BACA JUGA:Ujang Kosasih Pertama Kembalikan Formulir Pendaftaran Bacakada
Hanya saja, Dosen Bahasa Inggris ini menggarisbawahi bagaimana study tour ini bisa efektif dan tidak terlalu membebani siswa dan orang tua. “Kalau memang memberatkan, bisa saja sekolah tak perlu memaksakan kepada siswa untuk itu. Kalau sampai memaksa, maka berdampak terhadap psikologi siswa dan berimbas kepada orang tua," terangnya.
Hendriwanto tidak sepakat persoalan study tour berimbas terhadap guru dengan menghujat profesi guru. Bagaimanapun juga, kata dia, guru itu profesi yang harus dihormati karena guru memiliki tugas berat mengantarkan siswanya menjadi calon pemimpin di masa depan.
“Kalau profesi guru sampai direndahkan, lalu siapa yang akan mendidik siswa siswa di sekolah? Mengkritik guru boleh, tapi jangan menghinakan profesi guru," tegasnya.
Terpisah, Kepala Disdik Kabupaten Cirebon H Ronianto SPd MM mengatakan insiden di Subang akan dijadikan bahan evaluasi oleh pihaknya. “Musibah tentu tidak ada yang mengharapkan. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana situasi seperti ini tidak terjadi lagi. Ini bahan evaluasi buat kami juga nantinya," ujar Ronianto, kemarin.
BACA JUGA:Duo Yanuar Berpotensi Jadi Calon Bupati
Ia mengakui sudah menerima edaran dari Penjabat Gubernur Jawa Barat terkait pelaksanaan study tour. Menurut dia, dalam edaran tersebut tidak berisi larangan. Melainkan agar pihak sekolah dan Dinas Pendidikan lebih ketat dan memprioritaskan keselamatan dengan menggunakan kendaraan yang dalam kondisi baik.
“Maka, kami sudah komunikasi langsung dengan Dishub. Kita akan kerja sama. Setiap sekolah yang melaksanakan study tour, kendaraannya harus diperiksa dulu kelayakannya. Ini untuk langkah keamanan," ujarnya.
Menurut dia, Dinas Pendidikan juga akan membuat edaran terkait pelaksanaan study tour. Bagi sekolah-sekolah yang sudah terlanjur punya kontrak dengan biro perjalanan, maka harus mengutamakan keselamatan dengan memperhatikan kondisi kendaraan. “Nah bagi sekolah-sekolah yang tidak dalam kondisi tidak mempunyai kontrak berjalan dengan biro perjalanan, kami sarankan tidak usah menggelar study tour di tengah kondisi seperti ini,” imbuhnya.
Study tour, sambung Ronianto, merupakan bagian dari pembelajaran Kurikulum Merdeka, di mana tujuan utamanya memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik, memperkaya pemahaman mereka tentang topik tertentu, dan mengintegrasikan pembelajaran dalam konteks kehidupan nyata.