Harapan Warga ke Calon Walikota Cirebon: Atasi Banjir dan Buka Lapangan Kerja
Warga RW 11 Samadikun Kelurahan Kesenden, Kecamatan Kejaksan, saat mengikuti Pemilu Awal yang digelar Radar Cirebon.-seno dwi priyanto-radar cirebon
CIREBON- Sejumlah warga RW 11 Samadikun, Kelurahan Kesenden, Kecamatan Kejaksan, menaruh harapan kepada para calon walikota Cirebon yang akan mengikuti Pilkada 2024.
Harapan dan keinginan warga tersebut disampaikan saat Radar Cirebon menggelar Pemilu Awal pada Jumat, 3 Mei 2024.
Dalam catatan Radar Cirebon, persoalan yang dialami pun relatif sama. Dari banjir yang gampang sekali datang hingga anak putus sekolah yang memicu kekhawatiran orang tua.
“Banyak anak putus sekolah. Nganggur, pikiran negatif yang dikhawatirkan menjurus ke tindakan kriminal," ucap Mutia, warga RT/RW 2/11, Kp Samadikun, Kelurahan Kesenden, Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon.
BACA JUGA:Pemilu Awal Radar Cirebon, Eti Herawati Masih Teratas
Ia berharap kepada pemimpin akan datang di Kota Cirebon untuk membenahi persoalan pendidikan. Minimal, kata Mutia, tak ada lagi anak yang putus sekolah. Sehingga kegiatan sehari-hari mereka bisa terarahkan.
“Dari pendidikan juga merembet ke urusan mencari kerja. Susah cari kerja biarpun lulusan SMA. Lulusan SMA saja menganggur, bagaimana mereka yang putus sekolah. Anak saya mengeluh susah cari kerja," ungkapnya.
Sebagai orang tua, Mutia mengaku merasa jengah terhadap pergaulan anak baru gede atau ABG. Standar pendidikan yang tak terpenuhi, berpotensi membawa pergaulan ke arah negatif. “Karena saya juga punya anak, khawatir kebawa-bawa pergaulannya," ucap Mutia.
Nurhayati, warga lain menitikberatkan persoalan infrastruktur. Yaitu drainase atau saluran air yang buruk. Perempuan 40 tahun itu memperlihatkan selokan sekitar 2 meter di depan rumahnya yang hampir penuh dengan air.
BACA JUGA:Pilkada Kota Cirebon, PAN Ajak Hanura Gabung KCM
Padahal, hujan belum turun. Ia ingin membuktikan drainase di lingkungannya buruk. "Nggak hujan saja air (di selokan, red) hampir penuh. Pantas saja kalau hujan baru sebentar langsung meluber dan masuk ke rumah," kata ibu rumah tangga dengan 5 orang anak itu.
Teras rumah Nurhayati tergolong rendah dibanding rumah lain. Hampir setiap hujan deras, katanya, air selalu menggenang hingga ke dalam rumah. Bukan saja rumah Nurhati, tapi kebanyakan rumah lain di lingkungan tersebut.
“Di sini juga ngga ada tempat pembuangan sampah. Jadi sampah-sampah itu dibakar," jelasnya, sambil menunjuk lahan milik orang lain di depan rumahnya yang jadi lokasi pembakaran.
Ia berharap orang nomor 1 di Kota Cirebon bisa mengentaskan persoalan klasik itu. Senada dengan Mutia, Nurhayati juga termasuk yang merasakan susahnya mencari kerja. “Anak saya masih menganggur lulus sekolah tahun kemarin. Barangkali ada kerjaan, anak saya ingin kerja," harapnya.