Landasan Operasional dan Etika Dalam Sistem Pendidikan
Ilustrasi--
Oleh: Imam Nur Suharno*
MENTERI Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim mengingatkan pentingnya moderasi agama dalam sistem pendidikan Indonesia.
Untuk mencapai kehidupan moderasi beragama, dapat dimulai dari sistem pendidikan karakter dalam program merdeka belajar.
Pernyataan Bapak Menteri menegaskan pentingnya pendidikan karakter dalam sistem pendidikan nasional. Pendidikan karakter menjadi pintu utama dalam mewujudkan moderasi agama dalam sistem pendidikan.
BACA JUGA:Berharap Majalengka Kembali Memiliki Bioskop
Upaya merealisasikan pendidikan karakter diperlukan landasan operasional dan etika dalam sistem pendidikan.
“Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta.” Itulah sebuah ungkapan yang seringkali terdengar di telinga. Kecintaan yang dilandasi keimanan melahirkan motivasi untuk meneladaninya.
Salah satu aspek yang hendaknya terus digali dan diteladani dari kehidupan Nabi Muhammad SAW adalah yang berkaitan pembangunan karakter sumber daya manusia (SDM).
Dari SDM yang berkarakter ini akan dapat melahirkan bangsa yang karakter. Hal ini tidak terlepas dari peran Nabi SAW sebagai ”guru manusia”.
BACA JUGA:Kurir Sekilo Sabu Warga Jatiwangi
Beliau telah banyak melahirkan murid-muridnya dari kalangan sahabat dalam berbagai disiplin ilmu, disamping juga berkarakter (akhlakul karimah).
Misalnya, Umar bin Khattab sebagai ahli hukum dan pemerintahan; Abu Hurairah sebagai ahli hadits; Salman Al-Farisi sebagai ahli perbandingan agama (Majusi, Yahudi, Nasrani, dan Islam); dan Ali bin Abi Thalib sebagai ahli hukum dan tafsir Alquran.
Thomas Lickona dalam Pendidikan Karakter Berbasis Alquran karya Bambang Q-Anees dan Adang Hambali menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya. Hal itu bisa diwujudkan bilamana pelaku perubahan (baca: guru) itu sendiri berkarakter.
Menjadi pendidik karakter di zaman sekarang akan kehilangan kredibilitasnya ketika guru tidak mampu menunjukkan bahwa hidupnya sendiri adalah cerminan dari apa yang dikatakannya. Jika Anda ingin mengajak siswa berubah, Anda mesti juga percaya bahwa perubahan itu terjadi dalam diri Anda dulu.