PG Rajawali II Siap Produksi Gula Pertengahan Mei
Sekretaris Coorporate PG Rajawali II, Karpo B Nursi mengatakan pihaknya siap produksi gula di pertengahan Mei 2024. -ist-Radar Cirebon
Memenuhi kebutuhan gula di Jawa Barat, PG Rajawi II siap produksi gula di pertengahan Mei 2024. Proses penggilingan kan dilakukan di 3 Pabrik Gula (PG) yang dikelola PG Rajawali II, yaitu PG. Sindanglaut, PG. Tersana Baru, dan PG. Jatitujuh.
Sekretaris Coorporate PG Rajawali II, Karpo B Nursi mengatakan saat ini kebutuhan gula di Jabar mencapai 600 ribu ton per tahun. Tapi hingga saat ini pihaknya hanya mampu memproduksi 120 ton. Target produksi gula dari ketiga pabrik gula tersebut ditargetkan alam enggilingan kali ini mencapai 85 ribu ton. "Kami hanya mampu memenuhi 20 persen dari kebutuhan gula di Jawa Barat, jadi masih jauh dari kebutuhan Jawa Barat,” ujarnya.
Untuk memenuhi kebutuhan gula nasional, PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) berencana akan melakukan impor raw sugar sebanyak 100 ribu ton. Hingga saat ini pihaknya masih menunggu realisasi impor dan menunggu Persetujuan Impor (PI) dari Kemendag. “Untuk impor raw sugar RNI Group itu rencana di 100 ribu ton yang akan dibagi 3 yaitu PG. Rajawali II, PG Rajawali I, dan PG Candi Baru,” ungkapnya
Lanjutnya, kelangkaan gula di Indonesia wajar terjadi mengingat antara kebutuhan nasional dengan produksinya yang sangat jauh. PG Rajawali II pun berencana kan mengoperasikan kembali PG Subang untuk menambah hasil produksi gula.
“Rata-rata konsumsi gula maupun industri di Indonesia setiap tahunnya mencapai 6 juta ton, tapi tahun ini kita secara nasional hanya mampu memproduksi 2,2 juta ton,” jelasnya, Senin 29 April 2024.
Nursi menambahkan, tahun ini pemerintah juga berencana akan menaikan HET gula sebesar Rp1.000 menjadi Rp17.500. Ini dilakukan sesuai dengan hukum supply demand. Dari sisi perusahaan tentu ini menjadi sisi positif. Namun pihaknya menyadari kenaikan HET ini akan sedikit berat bagi konsumen.
"Di samping kenaikan arga eras, gula pun akan naik, tentu ini akan menjadi agak berat bagi konsumen, dan mempengaruhi harga pokok produksi bagi industri dan pelaku UMKM," tukasnya. (apr)