Harga Naik, Pengusaha Bawang Goreng Stop Produksi

Pekerja di pabrik bawang goreng KIM di Desa Cilaja, Kecamatan Kramatmulya, Kabupaten Kuningan sedang menyortir bawang goreng untuk dikirim ke pasar.-ist-radar cirebon

Pasca Lebaran, harga bawang merah mengalami kenaikan yang signifikan. Kondisi ini berdampak terhadap para pengusaha bawang goreng yang ada di wilayah Kuningan. Saking mahalnya bawang merah, membuat para pengusaha terpaksa menghentikan produksinya.

Seperti dialami pabrik bawang goreng KIM milik Iman Aruman di Desa Cilaja, Kecamatan Kramatmulya, Kabupaten Kuningan, sejak awal Lebaran pabriknya baru dua kali memproduksi bawang goreng. Penyebabnya, ketersediaan bahan baku bawang merah yang sulit didapat dan harganya sudah melambung hingga tiga kali lipat dari harga normal.

"Saat stok bawang merah melimpah kami bisa produksi rata-rata 1,5 ton per hari. Tapi sejak awal bulan Syawal ini kami baru produksi dua kali, itu pun sangat sedikit hanya 5 kuintal saja," papar Iman, Selasa (23/4).

Dia menerangkan, berhentinya produksi bawang goreng di pabriknya karena sulit mendapatkan bahan baku bawang merah yang biasa dipasok dari Brebes, Jawa Tengah. Kabarnya, kondisi ini disebabkan karena sebagian besar pertanian bawang merah di Brebes mengalami gagal panen akibat banjir yang terjadi pada pertengahan Ramadan lalu.

BACA JUGA:Acep Masuk IGD RSUD 45 Kuningan

"Cuaca ekstrem yang terjadi pada pertengahan puasa kemarin menyebabkan banyak areal pertanian bawang di Brebes mengalami gagal panen akibat dilanda banjir. Waktu itu banyak petani yang memilih panen paksa meskipun bawang masih sangat muda. Akibatnya sekarang di Brebes baru masuk awal musim tanam, sedangkan stok bawang merah sudah habis," jelas Iman.

Di saat pasokan bawang merah dari Brebes sedang kosong, Iman mengaku harus bersusah payah mencari penggantinya dari petani lokal Kuningan dan daerah lainnya. Namun, kata dia, tak banyak yang bisa didapat karena hanya sedikit saja petani lokal yang menanam bawang merah.

"Kemarin saya terbantu dapat pasokan bawang dari petani lokal. Tapi harganya sudah tiga kali lipat dari normal. Sudah harganya mahal ditambah stok bawangnya juga sangat minim. Jadi kami bingung harus menjalankan usaha ini bagaimana," terang dia.

Menghadapi masalah ini, Iman mengaku hanya bisa pasrah dan berharap kelangkaan stok bawang merah ini bisa segera berakhir. Kini, Iman hanya bisa mengandalkan bawang goreng hasil produksi kemarin untuk memenuhi permintaan pelanggannya.

BACA JUGA:Puskesmas Beri Pelayanan KB Gratis dan Penanganan Stunting

"Stok bawang goreng hasil produksi kemarin sekarang kita kemas lalu dijual dengan harga dinaikkan sedikit. Misalkan sebelumnya 1 kilogram bawang goreng kita jual Rp50.000, dengan harga modal hampir tiga kali lipat, idealnya kita bisa pasang harga minimal Rp100.000. Tapi karena berbagai pertimbangan, terpaksa kita jual di kisaran Rp80.000 per kilogram. Yang penting kita tidak rugi dan pelanggan tidak kabur," ucap Iman.

Iman menambahkan, bawang goreng buatannya banyak dikirim ke wilayah Jabodetabek hingga sebagian Sumatera dan Bali. Sulitnya mendapatkan bahan baku bawang goreng, sudah banyak diketahui oleh pelanggannya sehingga sebagian besar dari mereka bisa memaklumi jika saat ini pesanannya banyak yang tertunda.

"Mudah-mudahan kondisi harga bawang tinggi ini bisa segera berakhir dan bisa normal lagi. Yang kami khawatirkan jika kondisi ini berlangsung hingga sebulan lebih, bisa jadi nanti akan masuk bawang goreng impor dari China dan lainnya seperti yang terjadi pada tahun 2017 lalu. Kalau sudah terjadi impor, maka pengusaha bawang goreng Kuningan bisa terancam gulung tikar," ujarnya. (ags)

Tag
Share