Tokoh Muslim di AS Gelar Aksi di Depan Gedung Putih: Tuntut Gencatan Senjata di Jalur Gaza
SOLIDARITAS: Sejumlah tokoh Muslim AS dan pendukungnya melaksanakan ibadah Salat Magrib dan buka puasa di depan Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat. -Foto: Anadolu/ANTARA-
WASHINGTON - Sejumlah tokoh komunitas Muslim di Amerika Serikat dan pendukung mereka memutuskan untuk menyelenggarakan buka puasa mandiri di depan Gedung Putih sebagai bentuk protes, menuntut gencatan senjata segera dan permanen di Jalur Gaza.
Aksi tersebut merupakan respons dari penolakan mereka terhadap undangan jamuan buka puasa bersama (bukber) dari Presiden Joe Biden yang telah menjadi tradisi tahunan Gedung Putih.
Robert McCaw, petinggi organisasi advokasi Islam di AS, Council on American-Islamic Relations (CAIR), menyatakan bahwa kehadiran mereka di depan Gedung Putih merupakan bentuk solidaritas serta sebagai pengingat terhadap tuntutan mereka atas gencatan senjata yang permanen, penghentian transfer senjata AS ke Israel, dan kelancaran bantuan kemanusiaan.
”Saya pikir, sebagai bentuk solidaritas, kami akan tetap hadir di depan Gedung Putih, tempat mereka mengundang kami untuk jamuan Iftar, dan mengingatkan mereka apa yang kami tuntut,” ujar Robert McCaw.
Meskipun Gedung Putih mengakui bahwa agenda yang direncanakan akan jauh lebih kecil dari perayaan Ramadan dan Idulfitri yang biasanya mereka selenggarakan, pemimpin Muslim AS meminta waktu untuk berdiskusi dengan Joe Biden dan petinggi negara AS tentang isu-isu penting komunitas Muslim di AS.
Juru Bicara Pemerintah AS, Karine Jean-Pierre, menyatakan bahwa Presiden AS akan tetap mengadakan jamuan buka puasa untuk pejabat Muslim di pemerintahan AS setelah diskusi dengan pemimpin Muslim itu berlangsung.
Menurut Mohamad Habbeh, pejabat organisasi American Muslims for Palestine, kurang dari 15 tokoh pemimpin Muslim AS yang mendapat undangan resmi untuk acara di Gedung Putih.
Dalam aksinya, salah satu tokoh Muslim justru memanfaatkan kesempatan itu untuk menyerahkan surat protes kepada Biden, mengungkapkan kekecewaannya bahwa Presiden AS memilih untuk menggelar acara tersebut daripada menjawab tuntutan komunitas mereka dan menghargai nyawa rakyat Palestina.
”Memalukan sekali untuk seorang Presiden AS justru memilih menggelar acara rendahan seperti itu daripada menjawab tuntutan komunitas kami dan menghargai nyawa rakyat Palestina sebagaimana pantasnya,” kata Habbeh.
Penolakan ini muncul sebagai respons terhadap serangan Israel ke Jalur Gaza yang telah mengakibatkan korban jiwa yang signifikan, serta adanya blokade total terhadap Jalur Gaza yang mengancam kesejahteraan warga Palestina. Agresi Israel tersebut telah menyebabkan kerusakan infrastruktur yang luas di Jalur Gaza, memperkuat urgensi pengantaran bantuan kemanusiaan internasional bagi rakyat Palestina.
Demikianlah, aksi tersebut mencerminkan kepedulian dan protes tokoh komunitas Muslim di AS terhadap situasi di Jalur Gaza, serta tuntutan mereka atas gencatan senjata dan bantuan kemanusiaan yang lebih lancar bagi rakyat Palestina.(ant/jpnn)