Tingkatan Puasa Dalam Perspektif Al-Ghazali
Ilustrasi--
Oleh: H Muhamad Jaenudin SAg MH
RAMADAN sejatinya merupakan kesempatan emas. Betapa banyak sanak saudara, karib kerabat dan tetangga yang Ramadan kemarin masih bercengkrama di tengah kita, namun saat ini ia sudah tiada.
Nikmat panjang usia jangan pernah disia-sia. Sebab tak ada jaminan kita akan berjumpa dengan Ramadan di tahun mendatang.
Lalu berapa puluh kali Ramadan telah kita lalui. Dan apa hasilnya? Adakah perubahan ke arah yang lebih baik hasil tempaan madrasah Ramadan? Ataukah Ramadan tak pernah berbekas apa-apa pada diri kita?
BACA JUGA:Helat Apel Kesiapan Operasi Ketupat Lodaya 2024
Jika demikian maka puluhan Ramadan yang kita jalani hanya ritual rutinitas belaka.
Padahal Rasulullah mengaminkan doa Malaikat Jibril yang berdoa, “Celakalah orang yang berlalu Ramadan ia tidak dapat ampunan”. Dan bagaimana mungkin Allah akan menolak doa Jibril yang diaminkan Rasulullah SAW.
Imam al-Ghazali dalam Kitab fenomenal nya Ihya' Ulumiddin, membagi level puasa kedalam tiga tingkatan; puasa umum, puasa khusus, dan puasa khususil khusus. Setiap tingkatan mempunyai kriteria masing-masing.
Pertama, puasa umum. adalah tingkatan yang paling rendah yaitu model puasa yang hanya menahan diri dari makan, minum dan hubungan sumi-isteri. Praktis tidak ada perubahan lain dari model puasa ini kecuali hanya mengubah jadwal makan dari yang tadinya siang hari menjadi malam hari.
BACA JUGA:Tarik Investasi Rp4,8 Triliun Lebih
Secara tinjauan filosofi, bahwa perintah berpuasa jangan berhenti pada ritual belaka, sebatas menahan lapar dahaga.
Tetapi harus sampai pada pengamalan hikmah dari lapar dan dahaga. Para shoimin mesti keluar dari zona aman, dan hal itu semestinya melahirkan kesholehan sosial dan kebaikan.
Maka pantas jika puasa yang berhenti pada dimensi rutinitas belaka akan hambar. Puasa macam ini tidak punya dampak pencerahan jiwa.
Baik pencerahan vertikal berupa peningkatan ketaqwaan, keimanan dan rasa syukur kepada Allah SWT, maupun pencerahan sosial yang bisa dirasakan oleh sesamanya.