Nasib Politik Bahasa yang “Dipaksa” Tertidur

Ilustrasi--

BACA JUGA:Pasar Murah Bakal Digelar 4 Kali, Catat Lokasi dan Tanggalnya

Jika kemudian Kemendikbudristek masih seperti sekarang, tidak memikirkan bagaimana politik bahasa harus diregulasikan sesuai penempatannya, maka tidak heran jika penulis berasumsi bahwa Kemendikbudristek sengaja membuat literasi anak-anak kita lemah.

Ironisnya memang, sekolah yang sudah menerapkan EMI ini lebih elite dan mahal ketimbang sekolah negeri yang diromantisasikan sebagai konotasi pas-pasan dan tidak mempunyai langkah maju ke depan untuk sekadar regulasi berbahasa. 

Jadi, pemerintah secara umum dan Kemendikbudristek khususnya, harus melihat secara jeli bahwa negara yang bahasa asingnya mumpuni, akan menghasilkan literasi yang tergolong tinggi. Singapura telah membuktikannya, Indonesia kapan ambil aksi? (*)

Penulis adalah Dosen PG-PAUD Universitas Muhammadiyah Tangerang & Mahasiswa S3 DLTBI Unika Atma Jaya

Tag
Share