Memberdayakan Milenial Berwirausaha
ilustrasi-net-
Oleh: Ratna Ningsih
JUMLAH milenial Indonesia cukup melimpah. Hasil sensus 2020 Badan Pusat Statistik (BPS), dari total 270,2 juta jiwa penduduk, 25,87 persen adalah milenial.
Angka ini hanya berselisih sekitar dua persen dari generasi yang lebih muda yakni Gen Z. Peta demografi Jawa Barat (Jabar) juga didominasi dua generasi tersebut.
Mengacu hasil sensus tahun 2020, milenial mencapai 24,32 persen dari 40,67 juta jiwa, hanya selisih 0,48 persen dengan Gen Z.
Melimpahnya generasi muda bisa dipandang sebagai modal penting meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun bisa juga membuat Jabar dan Indonesia surplus beban, jika keunggulan tersebut tidak diberdayakan.
BACA JUGA:Justifikasi Kaum Hawa Makhluk Lemah
Realitanya, Maret 2023 masih ada 10,35 persen penduduk Jabar yang mengalami ketidakberdayaan ekonomi. Sebulan sebelumnya, BPS Jabar merilis data persentase tingkat pengangguran terbuka yang mencapai 4,33 persen.
Artinya, dari 10.000 angkatan kerja di Jabar, ada 433 orang berstatus pengangguran. Dengan demikian bisa ditarik asumsi, milenial termasuk bagian dari 433 orang yang statusnya pengangguran.
Penelitian Allen (2016) menunjukkan, sepertiga pengangguran muda harus menunggu sekurang-kurangnya setahun untuk masuk pasar kerja. Terutama pasar kerja sektor formal. Mereka kemudian disebut sebagai “choosy educated job seekers‟.
Bagi sebagian kalangan, angka kemiskinan dan pengangguran tersebut, mungkin dipandang tidak signifikan. Namun tetap saja berpotensi meresahkan.
BACA JUGA:Ketok Palu Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 2024 Tepat Waktu
Ketidakberdayaan ekonomi bukan hanya berdampak pada kualitas hidup individu, tetapi bisa juga jadi bom waktu sosial yang menghambat pertumbuhan ekonomi.
Laporan Data Statistik Fintech Lending yang dipublikasikan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Agustus 2023 menyatakan, milenial dan Gen Z pada rentang usia 19-34 tahun, tercatat memiliki pinjaman macet di Pinjaman Online (Pinjol) sebesar Rp 763,65 Miliar, atau sekitar 44,14 persen dari total pinjaman macet.
Dari sisi mindset, kalangan milenial bisa dibilang cukup progresif. Mereka tidak lagi pasif menunggu terbukanya lowongan pekerjaan.
Kemajuan cara berpikir juga membuat mereka tidak hanya menjadi job seekers dengan target jadi karyawan institusi, atau perusahaan negara, maupun swasta. Ada ketertarikan cukup tinggi untuk merintis usaha sendiri.