Kesehatan Mental Pasca Pemilu

Ilustrasi--radar cirebon

Islam juga memiliki pandangan khas mengenai kepemimpinan. Rasulullah SAW mencontohkan tentang menjadi pemimpin yang baik. Teladan itu kemudian diikuti oleh para sahabat dan khalifah sesudahnya. Sejarah juga membuktikan bahwa para sahabat tidak berhasrat menduduki kursi kepemimpinan.

BACA JUGA:Kenapa Pantai Baro Gebang Selalu Jadi Tempat Pengamatan Hilal?

Mereka paham betapa berat dan konsekuensinya.

Umar bin Khaththab ra. sepeninggal Abu Bakar ra. berkata, “Wahai Khalifatullah! Sepeninggalmu, sungguh ini suatu beban yang sangat berat yang harus kami pikul.”

Jadi, ketika mereka dipercaya menjadi pemimpin, mereka akan berhati-hati dan menjalankan amanahnya. Bahkan, mereka meminta rakyat agar tidak sungkan untuk menegurnya.

Umar ra. berpesan, “Bantulah saya dalam tugas saya menjalankan amar makruf nahi mungkar dan bekalilah saya dengan nasihat-nasihat Saudara-Saudara sehubungan dengan tugas yang dipercayakan Allah kepada saya demi kepentingan saudara sekalian.”

BACA JUGA:Di Luar Sana Banyak Orang yang Ingin Menjadi ASN, Pj Walikota : Maka Bersyukurlah Kalau Sekarang Dilantik

Dari sini, kita dapat mengerti bahwa Islam tidak akan membiarkan kepentingan pribadi di atas kepentingan rakyat. Islam juga tidak akan mengizinkan orang yang serakah atau tidak taat syariat menjadi seorang pemimpin.

Islam membuat aturan ketat untuk menjadi seorang pemimpin. Dengan begitu, pemimpin tidak akan mudah meninggalkan jabatannya hanya karena ingin mendapat kemaslahatan yang lebih besar. Penjagaan seperti ini hanya bisa dilaksanakan oleh sistem pemerintahan yang berlandaskan Islam. Wallahualam bissawab. (*)

Penulis adalah Mahasiswa IPB dari Cirebon

Tag
Share