Kamis, 07 Nov 2024
Network
Beranda
Headline
Berita Utama
Wacana
Aneka Berita
Metropolis
Kabupaten
Kabupaten Cirebon
Kabupaten Kuningan
Kabupaten Indramayu
Kabupaten Majalengka
All Sport
Nasional
Internasional
Jawa Barat
Network
Beranda
Wacana
Detail Artikel
Korelasi Ilmu dengan Problematika Hidup
Reporter:
Bambang
|
Editor:
Bambang
|
Jumat , 01 Mar 2024 - 16:42
Ilustrasi--
korelasi ilmu dengan problematika hidup oleh: endang kurnia* problematika dalam memandang ilmu masih menjadi bagian dari masalah mendasar yang sedang menimpa umat islam. perdebatan penggunaan istilah-istilah mendasar sebagai kata kunci masih sering membingungkan, mulai dari pelajar pemula, akademisi, hingga para ulama dan ahli sering kebingungan dalam menggunakan terminologi ‘ilmu, sains, dan filsafat’. agar dapat memahami perbedaan antara ilmu, sains, dan filsafat maka pada bagian ini saya mencoba menguraikan contoh keterkaitan ketiga kata kunci yang sering membingunkan kita. dimulai dengan mengoreksi makna kata “ilmu” yang berasal dari bahasa arab, diartikan dalam kamus besar bahasa indonesia (kbb) sebagai “pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang [pengetahuan] itu; pengetahuan atau kepandaian [tentang soal duniawi, akhirat, lahir, batin, dan sebagainya]. baca juga:5 hari target rapat pleno terbuka rekapitulasi suara selesai dari dua definisi itu, yang pertama menunjukkan bahwa ilmu artinya sains, defenisi kedua lebih membingungkan karena sangat umum, sebab mencakup segenap ilmu pengetahuan dari dunia hingga akhirat, semua yang diketahui manusia dari lahir hingga liang kubur. sebenarnya, jika ingin lebih sederhana kata “ilmu” tidak perlu diartikan sebagaimana dalam kbbi, cukup dipahami bahwa ilmu adalah ilmu syar’i yang bersumber dari wahyu dan menjadi dasar dalam beragama. itulah ilmu yang dimaksud ilmu. dari fakta-fakta tersebut muncul logika yang bisa menjelaskan fenomena tersebut secara logis, karena logis itulah sehingga disebut sains. dalam bentuknya yang baku sains memiliki paradigma dan metode tertentu, dikenal dengan scientific paradigm, metodenya disebut scientific method. yang dimaksud dengan paradigma sains adalah cara pandang sains dan yang dimaksud dengan metode sains adalah metode yang mengandalkan logika dan bukti empiris. baca juga:akibat kisruh pengurus koni, agenda olahraga tingkat daerah dan nasional bisa terhambat metode sains mengatakan, ‘bila benar, buktikan bahwa logis serta tunjukkan bukti empirisnya’ (ahmad tafsir, 2013: 9). terdapat lagi lanjutan pengetahuan sains, yaitu pengetahuan jenis kedua yang akan kita sebut sebagai filsafat. mari kita mulai dengan kembali pada cerita ‘pohon durian’. biji atau bibit durian jika ditanam, lalu tumbuh juga akan berbuah durian, ini adalah pengetahuan sains. hukum itu tidak dapat dilihat, tidak empiris, namun akal yakin bahwa hukum itu ada. nah, pengetahuan ini yang disebut sebagai filsafat, kebenarannya hanya dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. walaupun sains dan filsafat sering sekali kerjar-mengejar, sebab kemarin ‘teori gen durian’ masih disebut filsafat sebab belum bisa dibuktikan secara faktual, masih tersimpan dalam pikiran. baca juga: dkukmpp dorong penurunan harga sembako namun hari ini, berubah menjadi sains sebab dapat dibuktikan melalui penelitian di laboratorium, dan lebih spesifik lagi, para saintis telah menciptkan pengetahuan baru yang disebut ‘genetika’ lalu berkembang menjadi rekayasa genetik. dan bagi sainstis, tidak mustahil gen durian dikawinkan dengan gen kelapa sehingga melahirkan buah kombinasi antara durian dan kelapa. sekali lagi, jika filsafat dapat dibuktikan secara empiris maka ia berevolusi menjadi sains. jadi posisi filsafat di sini merupakan pengetahuan untuk mendorong seseorang berpikir radikal—radix artinya akar—berpikir radikal artinya berpikir sampai pada akar sebuah masalah. mendalam sampai pengembara ke luar sesuatu yang fisik dan seringkali disebut sebagai metafisik, (suriasumantri, 2005; musa asy’arie, 2001: 3). baca juga:hari ini asdullah memasuki masa pensiun, posisi kepala dishub masih kosong pengembaraan filsafat melewati batas-batas penginderaan manusia sebagai contoh durian tadi, matanya melihat pohon durian tapi pikirannya mengembara pada alam asal-muasal durian. jadi berfilsafat tidak untuk menjawab persoalan teknik seperti ‘tata cara memasak kolak durian’ tetapi bertanya ‘kenapa jika durian ditanam menghasilkan buah durian, bukan buah kelapa? ternyata jawabannya, di sana ada hukum yang mengatur, itulah gen. dari pengetahuan filsafat tersebut dapat kita lanjutkan pertanyaan. lalu, siapa yang membuat hukum itu? jawabannya, yang membuat hukum itulah yang maha mengetahui, ilmunya meliputi sebagala sesuatu, dia adalah allah. baca juga:beras impor vietnam dan thailand namun untuk mengetahui dzat allah dan sifat-sifat-nya, cara mengetahui tata cara beribadah pada-nya, bagaimana mengetahui kebesaran ciptaan-nya, dan sebagainya sangat membutuhkan pengetahuan, dan itulah yang disebut dengan ilmu, atau disebut juga ilmu syar’i dan ilmu wahyu. ilmu wahyu dalam pandangan umat islam memiliki nilai kebenaran yang mutlak al-haqīqah al-muthlaqah karena langsung berasal dari allah dan rasul-nya. tetapi pemahaman terhadap wahyu memungkinkan beberapa alternatif dan tidak bersifat mutlak. sedangkan sains yang bersumber dari alam semesta memiliki nilai kebenaran yang nisbi atau relative dan eksperimentatif (tajrībī) yang disebut juga sebagai al-haqīqah al-tajrībiyah. kebenaran mutlak harus dijadikan burhān sebagai alat untuk mengukur kebenaran yang nisbi, dan jangan sampai terbalik, justru kebenaran yang mutlak diragukan karena bertentangan dengan kebenaran yang nisbi—relatif dan eksperimentatif itu, (yunahar ilyas, 2021: 61). baca juga:kuburan jadi kawasan perdagangan sejarah pengetahuan sains telah membuktikan bahwa sebuah penemuan atau teori yang dianggap benar pada suatu masa dibantah kebenarannya pada masa yang datang kemudian. ini sangat mungkin terjadi karena keterbatasan kemampuan manusia dalam mengamati, menyelidiki dan menyimpulkan segala fenomena yang ada pada alam semesta ini. oleh karena itu jika terjadi pertentangan antara kesimpulan yang dibuat manusia antara sains dan wahyu, maka kesimpulan tersebut harus diuji kembali kebenarannya, atau manusia harus kembali menguji pemahamannya terkait wahyu. logisnya, alam semesta sebagai sumber sains adalah ayat kauniyah bersal dari allah, sama persis kedudukan dengan wahyu yang tertuang dari al-qur’an dan al-hadis, mustahil terjadi pertentangan dari keduanya. wallahu a’lam! (*) *ketua madani private learning
1
2
3
»
Tag
# poblematika hidup
# wacana
# opini
Share
Koran Terkait
Kembali ke koran edisi Radar Cirebon 02 Maret 2024
Berita Terkini
Bappelitbangda Segara Berganti Nama Baperida
Aneka Berita
7 menit
Akselerasi Program 100 Hari
Aneka Berita
9 menit
Gunung Lewotobi Laki-Laki Erupsi 5.000 Meter
Berita Utama
9 menit
Kunjungan Kerja Perdana, Danrem 063/SGJ Kunjungan ke Purwakarta dan Subang
Berita Utama
12 menit
BMKG: Sepekan ke Depan Terjadi Cuaca Ekstrem, Bersiap dari Sekarang!
Berita Utama
13 menit
Berita Terpopuler
Imbas Proyek Pokir, Dewan Ancam Hentikan Pembahasan RAPBD 2025
Metropolis
23 jam
Simak, Ini Kata Mantan Kadis PU Kota Cirebon soal Gedung Setda yang Kini Ditangani Jaksa
Headline
23 jam
Pendalaman, Jaksa dan Tim Ahli Konstruksi Bor Lantai Dasar Gedung Setda Kota Cirebon
Headline
23 jam
Sudah Empat SKPD Siap Lelang Dini
Kabupaten Cirebon
23 jam
Menang, Trump: Amerika Sehat Lagi!
Headline
23 jam
Berita Pilihan
Timnas Indonesia Resmi Jadi Tuan Rumah saat Kontra Bahrain, Menpora: Tidak Datang, WO
Headline
2 minggu
Timnas Indonesia Kalah Lawan China, Shin Tae Yong Beri Penjelasan Berikut
All Sport
3 minggu
Ranking FIFA Timnas Indonesia Anjlok, Hasil Arab Vs Bahrain Untungkan Indonesia
All Sport
3 minggu
Inilah Update Rangking FIFA Timnas Indonesia Terbaru Usai Tahan Imbang Bahrain
All Sport
3 minggu
Timnas Indonsia Turunkan Kekuatan Penuh, Yakin Bisa Curi Poin dari Bahrain
All Sport
1 bulan