Kamis, 07 Nov 2024
Network
Beranda
Headline
Berita Utama
Wacana
Aneka Berita
Metropolis
Kabupaten
Kabupaten Cirebon
Kabupaten Kuningan
Kabupaten Indramayu
Kabupaten Majalengka
All Sport
Nasional
Internasional
Jawa Barat
Network
Beranda
Wacana
Detail Artikel
Literasi yang Keropos
Reporter:
Bambang
|
Editor:
Bambang
|
Minggu , 25 Feb 2024 - 20:48
Ilustrasi--freepik
literasi yang keropos oleh: ratna ningsih membaca dan menulis seperti kata bambang sugiharto adalah bahan bakar menghidupkan dan menjalankan mesin kesadaran, atau bagai air yang menyuburkan pemikiran (mushthafa, 2013). membaca dan menulis merupakan nama lain dari literasi. istilah ini lekat dalam pikiran setiap kita bahwa literasi merupakan kegiatan yang berhubungan erat dengan proses membaca yang berlanjut pada kegiatan menulis. menulis dalam hal ini tentu bukanlah menyalin atau meresume buku, melainkan menuangkan gagasan atau pemikiran dalam bentuk tulisan. makna literasi tidak terbatas sampai di situ. secara substansial, literasi adalah pengetahuan yang menuntun para pegiatnya berkewajiban mengubah cara berpikir manusia sebagai tugas intelektualnya (foucault, 2019). baca juga:mengatasi darurat moral untuk itu, pegiat literasi perlu merawat literasi dengan hati-hati dan dipandu nalar kritis membaca pergerakan zaman yang dapat membawa ancaman eksistensial terhadap keberadaan literasi itu sendiri. mengingat, selain sebagai pengetahuan, literasi adalah unsur pokok peradaban. pertanyaannya, pergerakan zaman seperti apa yang dapat membawa ancaman eksistensial bagi keberadaan literasi? apakah ancaman tersebut mempengaruhi kualitas literasi? ataukah sejak awal ancaman sedemikian rupa memang telah datang silih berganti hingga zaman kiwari, sehingga membuat literasi kebal dengan sendirinya? baca juga:sultan kacirebonan dan presiden ikbc rayakan hari nasional kuwait ke-63 untuk menjawab ini, penulis perlu mengemukakan satu realitas faktual yang terjadi dimana-mana. meski belum berdampak, tapi ke depan, akan jadi masalah besar. realitas faktual yang dimaksud adalah kapitalisasi literasi. kapitalisasi literasi yang dimaknai sepintas, bukanlah masalah, tetapi akan menimbulkan masalah baru di kemudian hari. kapitalisasi literasi berarti sebuah upaya membesarkan komunitas atau menggerakan literasi. negara dan lembaga pendonor (korporasi) yang bersimpati pada dunia literasi telah membuka peluang kerjasama melalui mekanisme pengajuan proposal bantuan untuk komunitas literasi. baca juga:peduli porter dan pjl, msp berbagi 155 paket sembako di indonesia, badan pengembangan dan pembinaan bahasa kemendikbud ristek, terpantau telah mengumumkan akan memberikan bantuan pendanaan bagi setiap komunitas penggerak literasi yang dinyatakan lolos seleksi. inisiatif ini penting disambut baik. namun, di lain sisi, kita patut mendasarkan kecurigaan amat dalam. pasalnya, bantuan berupa modal kapital oleh negara atau korporasi jarang berkepentingan tunggal, selalu memiliki kepentingan ganda dan itu terselubung. kehadirannya (negara atau korporasi) hanya realitas citraan yang terkadang selalu dimanipulasi. sekaitan dengan itu, martin heidegger telah mengungkapnya dalam filsafat fenomenologinya. heidegger mengatakan bahwa kehadiran atau ada (zein) sebagai sesuatu yang menampakkan kedirian. baca juga:smp al-irsyad al-islamiyyah gelar semaan ke-4 fenomenologi ala martin heidegger mengemukakan bahwa setiap realitas menyibak fenomena yang darinya mengungkap yang ada. heidegger lebih lanjut menjelaskan bahwa kita harus membiarkan yang ada menampakkan diri pada dirinya sendiri (hardiman, 2016). kendati demikian, penampakan ada tidak pernah sederhana. terkadang, penampakan yang ada adalah tersembunyi atau hanya kepura-puraan menampakkan diri. apa maksudnya? kita cenderung memaknai fenomena sebagai apa adanya, padahal fenomena tidak selalu menampakkan diri apa adanya. pada konteks inilah kapitalisasi literasi menimbulkan masalah. baca juga:pengumuman hasil seleksi ppih arab saudi 1445 h/2024 m ditunda bantuan modal kapital kepada komunitas literasi, di balik layar -sebenarnya- adalah bentuk kamuflase. tujuan sebenarnya adalah kepentingan menjaga reputasi di mata global alih-alih menjadikan literasi sebagai instrumen legitimasi kekuasaan. jangan dilupakan sebagaimana foucault menjelaskan, negara adalah superstruktur yang memiliki perangkat jaringan yang berfungsi menginvestasi seksualitas, pengetahuan, teknologi, kekerabatan, keluarga, dan tubuh sekalipun (foucault, 2017) untuk melanggengkan kekuasaan. gelontoran modal yang disuntikkan kepada komunitas literasi adalah proses bagaimana literasi dikapitalisasi. hal ini pada gilirannya dapat mengeroposkan sendi-sendinya sendiri jika komunitas literasi yang ada terus menerus bergantung pada sistem pendanaan yang dibiayai oleh negara atau korporasi. baca juga:gunung semeru kembali erupsi sejauh pemahaman penulis, eksistensi komunitas literasi tidak bisa didikte hanya berdasarkan sokongan kaum pemodal. bahwa komunitas literasi berdaya karena kreativitas dan kemandirian. idealisme sebagai komunitas intelektual yang independen tidak boleh hancur hanya karena sokongan golongan elit. kendati bantuan dan sokongan oleh negara atau korporasi penting, tetapi itu sifatnya hanya pendukung itupun tingkatan paling bawah. fenomena bagaimana literasi dikapitalisasi mengingatkan kita dengan ulasan peter flemming tentang penyebab matinya perguruan tinggi yang ditulisnya dalam dark academia: how universitas die. flemming dengan apik menjelaskan bagaimana sektor pendidikan diobrak-abrik dan akhirnya runtuh di bawah komersialisasi yang ekstrem (flemming, 2022). baca juga:kebocoran masih terjadi flemming berangkat dari fakta bahwa perguruan tinggi yang menjalin kontak yang begitu intens dengan kekuasaan mengakibatnya dirinya (perguruan tinggi) tidak ubahnya seperti korporasi yang pro-pasar. akademisi terlibat di berbagai sektor permainan neoliberal, idealisme dijual demi insentif tinggi dan iming-iming posisi top dalam jabatan struktural kampus. mereka tidak peduli pada kenyataan bahwa penyebab utama kemunduran perguruan tinggi adalah komersialisasi. perguruan tinggi dipaksa mengikuti skema bisnis multinasional dan akhirnya melupakan misi kemasyarakatannya. baca juga:kominfo ajak masyarakat terus rajut harmoni dan jaga pemilu damai akibatnya, cara pandang akademisi berbelok dan menyesuaikan dengan selera korporasi yang membuat perannya sebagai intelektual rapuh sebagaimana sendi komunitas literasi yang keropos akibat literasi dikapitalisasi. (*) penulis adalah governance analyst di pratama institute
1
2
3
»
Tag
# literasi keropos
# wacana
# opini
Share
Koran Terkait
Kembali ke koran edisi Radar Cirebon 26 Februari 2024
Berita Terkini
Bappelitbangda Segara Berganti Nama Baperida
Aneka Berita
25 menit
Akselerasi Program 100 Hari
Aneka Berita
26 menit
Gunung Lewotobi Laki-Laki Erupsi 5.000 Meter
Berita Utama
26 menit
Kunjungan Kerja Perdana, Danrem 063/SGJ Kunjungan ke Purwakarta dan Subang
Berita Utama
30 menit
BMKG: Sepekan ke Depan Terjadi Cuaca Ekstrem, Bersiap dari Sekarang!
Berita Utama
31 menit
Berita Terpopuler
Imbas Proyek Pokir, Dewan Ancam Hentikan Pembahasan RAPBD 2025
Metropolis
23 jam
Guru Banyak yang Stres?
Wacana
3 jam
Kuwu Ciwaringin Diberhentikan Sementara, Diduga Selewengkan Dana APBDes
Headline
3 jam
Bagian Barjas Siap Laksanakan Lelang Dini
Headline
4 jam
Motor Listrik Savart S-1P Sukses Uji Ketahanan Sejauh 3.000 Km Jawa-Bali
Aneka Berita
5 jam
Berita Pilihan
Timnas Indonesia Resmi Jadi Tuan Rumah saat Kontra Bahrain, Menpora: Tidak Datang, WO
Headline
2 minggu
Timnas Indonesia Kalah Lawan China, Shin Tae Yong Beri Penjelasan Berikut
All Sport
3 minggu
Ranking FIFA Timnas Indonesia Anjlok, Hasil Arab Vs Bahrain Untungkan Indonesia
All Sport
3 minggu
Inilah Update Rangking FIFA Timnas Indonesia Terbaru Usai Tahan Imbang Bahrain
All Sport
3 minggu
Timnas Indonsia Turunkan Kekuatan Penuh, Yakin Bisa Curi Poin dari Bahrain
All Sport
1 bulan