Basmi Hama Tikus, Petani Gegesik Kerahkan Anjing dan Burung Hantu
Serangan hama tikus menjadi musuh utama para petani, makanya petani di Kecamatan Gegesik mengadakan gropyokan untuk mengendalikan hama tikus.-dokumen -istimewa
CIREBON - Hama tikus menjadi musuh bersama para petani, apalagi pada saat musim penghujan seperti sekarang ini. Maka, berbagai cara dilakukan para patani agar tanaman padinya tidak diserang hama tikus. Sepertri yang dilakukan para petani di wilayah Gegesik Kabupaten Cirebon ini.
Pengendalian hama tikus dengan cara gropyokan tikus saat ini masih dianggap cukup efektif. Maka dari itu, petani berkolaborasi dengan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) Provinsi Jawa Barat menggelar gropyokan hama tikus.
Metode berburu tikus kelompok petani itu menggunakan pengasapan, emposan atau pemberian racun tikus, dan penggalian lubang. Cara tradisional tersebut itu dinilai efektif lantaran dapat menekan populasi hama tikus.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, pada BPSBTPH Provinsi Jawa Barat, Sartono, menyampaikan, gropyokan atau berburu tikus oleh masyarakat setempat dinilai efektif. Kerjasama antar petani dan pemerintah juga melibatkan hewan buruan seperti anjing dan burung hantu.
BACA JUGA:Viral Mi Berbelatung Dianggap Selesai, Simak Penjelasan Kapolres Cirebon Kota
“Gropyokan ini bisa disebutkan tradisi petani di Kecamatan Gegesik yang turun temurun. Kami berburu tikus yang merusak tanaman secara manual dibantu dengan anjing pelacak," kata Sartono, kemarin.
Selain dibantu anjing, pihaknya juga melibatkan burung hantu untuk mempercepat pengendalian populasi. Sebab, dari sisi rantai makanan, tikus adalah makanan burung hantu sehingga ada aspek saling menguntungkan.
Dengan metode penyediaan rumah burung hantu, dapat memancing burung hantu bisa menetap dalam berburu tikus. “Dalam satu malam burung hantu bisa memakan lima ekor tikus. Karena sifat burung hantu tidak bisa menetap sendiri maka kami persiapkan rumah agar mereka bisa tinggal di area ini," terang Sartono.
BACA JUGA:Sorlip Surat Suara di Kabupaten Cirebon, Ditemukan 2.365 Kondisi Rusak
Masih kata Sartono, dampak paling buruk akibat hama tikus tentunya bisa puso atau gagal panen. Artinya, jika tidak dikendalikan, akan merusak tanaman padi milik petani.“Musim sekarang ini siklus lima tahunan yang berganti adanya serangan hama dan kebetulan ini musim tikus," imbuhnya.
“Ini sebagai penanggulangan dan dampaknya sangat efektif agar di musim tanam ini petani bisa menghasilkan panen sesuai yang diharapkan," pungkasnya. (**)