Teknik Batik Merawit Terima Sertifikasi Indikasi Geografis, Pj Bupati Dorong Tingkatkan Ekonomi dan Lestarikan

PENGHARGAAN: Pj Bupati Cirebon Drs H Wahyu Mijaya SH MSi menerima sertifikat Indikasi Geografis terkait teknik batik merawit dari Kelompok Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis, belum lama ini. -DENY HAMDANI-RADAR CIREBON

CIREBON-Teknik membatik dengan metode merawit resmi mendapatkan sertifikasi Indikasi Geografis (IG). 

Sertifikat tersebut diserahkan oleh Kelompok Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis kepada Penjabat (Pj) Bupati Cirebon, Drs H Wahyu Mijaya SH MSi, belum lama ini.

“Alhamdulillah, hari ini kita bersama-sama bersilaturahim sekaligus menerima sertifikat Indikasi Geografis untuk teknik membatik merawit. Terima kasih atas semua pihak yang terlibat,” ujar Wahyu Mijaya.  

Ia menjelaskan, teknik merawit ditetapkan sebagai Indikasi Geografis (IG) pada 4 November lalu dan menjadi batik keenam di Indonesia yang mendapatkan pengakuan IG. “Ini adalah yang pertama untuk Kabupaten Cirebon. Semoga sertifikasi ini membawa dampak positif,” tambahnya.  

Wahyu berharap, pengakuan IG ini  bisa mendorong perkembangan ekonomi masyarakat serta menjaga kelestarian budaya.

“Kita akan menindaklanjuti dengan langkah-langkah yang dapat meningkatkan manfaat dari IG ini, baik secara ekonomi maupun budaya,” katanya.  

Sementara itu, Ketua Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia, Komarudin menjelaskan, teknik merawit hanya ada di Kabupaten Cirebon. 

“Merawit adalah teknik membuat batik dengan garis tipis yang bisa melengkung atau lurus, dengan warna yang lebih terang di sisi kanan dan kirinya. Ini menjadi ciri khas masyarakat Cirebon,” tuturnya.  

Menurut Komarudin, teknik ini membutuhkan keterampilan tinggi dan alat berkualitas, seperti canting serta malam yang baik. 

“Kalau malamnya terlalu panas, garisnya bisa melebar. Karena itulah Kemenkumham melalui Direktorat IG memutuskan bahwa batik merawit berhak mendapatkan pengakuan ini,” jelasnya. 

Komarudin juga memaparkan, ada delapan desa di Kabupaten Cirebon yang mengembangkan teknik ini, antara lain Trusmi Kulon, Trusmi Wetan, Kaliwulu, Wotgali, Gamel, Sarabau, Panembahan, dan Kalitengah. 

Dari total 3.500 perajin batik di Cirebon, sekitar 1.000 di antaranya fokus pada teknik merawit.

“Dengan sertifikasi ini, batik merawit diharapkan menjadi daya tarik budaya dan ekonomi yang lebih kuat, tidak hanya di tingkat lokal tetapi juga nasional,” pungkasnya. (den)  

 

Tag
Share