Event Besar Berdampak Positif terhadap Perekonomian Lokal

KAMAR HOTEL: Tingkat hunian hotel melonjak 70-80 persen saat musim mudik, libur sekolah, dan akhir pekan.-ADE GUSTIANA // RADAR CIREBON-

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Cirebon mendorong pemerintah daerah untuk menciptakan event tahunan berskala nasional guna memperkuat sektor pariwisata.

Ketua PHRI Kota Cirebon, Imam Reza Hakiki, mengatakan bahwa keberadaan event besar yang rutin digelar akan memberikan dampak positif terhadap perekonomian lokal dan memperpanjang masa tinggal wisatawan.

“Selama ini, wisatawan yang datang ke Cirebon lebih banyak karena urusan bisnis dan kuliner. Namun, tanpa adanya event besar, kunjungan mereka hanya berlangsung singkat,” ujar pria yang akrab disapa Kiki itu, Senin (14/10).

Ia menambahkan bahwa Kota Cirebon membutuhkan acara tahunan berskala nasional yang dapat menarik lebih banyak wisatawan dan memperpanjang masa kunjungan mereka.

Upaya promosi yang selama ini dilakukan, baik oleh PHRI maupun pemerintah daerah, imbuhnya, sudah cukup baik. 

Beberapa kegiatan promosi di luar daerah, seperti di Yogyakarta dan Bali, dinilai cukup efektif dalam mengenalkan Cirebon.

Namun, Kiki menegaskan bahwa langkah tersebut harus diikuti dengan penyelenggaraan event nasional yang konsisten.

“Memang berat di awal, tetapi jika kita bisa menciptakan event tahunan seperti yang ada di Prambanan, Yogyakarta, Cirebon akan merasakan manfaatnya dalam jangka panjang,” kata Kiki.

Selain meningkatkan okupansi hotel, menurut Kiki, event nasional juga akan memberikan ruang bagi pelaku UMKM dan usaha lokal untuk berkembang. 

Cirebon memiliki potensi besar, baik dari segi kuliner maupun sejarah, yang dapat dioptimalkan melalui event tahunan.

Kiki juga menyoroti pentingnya penataan ulang kawasan wisata di Cirebon, seperti Jalan Siliwangi dan kawasan bangunan asli Tionghoa.

Menurutnya, kawasan-kawasan ini bisa diubah menjadi destinasi wisata yang lebih menarik dengan sentuhan profesional dalam pengelolaannya.

“Cirebon punya potensi besar, tetapi kawasan wisata seperti Jalan Siliwangi dan bangunan asli Tionghoa perlu ditata lebih baik agar menjadi daya tarik utama bagi wisatawan. Kita bisa belajar dari Yogyakarta yang sukses menjadikan Malioboro sebagai destinasi utama,” katanya.

Dalam hal okupansi hotel, Kiki menjelaskan bahwa tingkat hunian biasanya melonjak 70-80 persen pada saat musim mudik, libur sekolah, dan akhir pekan.

Tag
Share