Keluarga, Dakwah, dan Kepemimpinan Umat

BACA JUGA:Cabup Nina Dinilai Sudah Terbukti

Kedua, ilmu (al-ilm). Ilmu yang terpenting diajarkan dalam keluarga adalah ilmu mengenal Allah dan jalan menuju kepada-Nya, sebab dakwah adalah menjadi teladan bagi orang lain (umat) maka keluarga dakwah harus selalu berupaya dekat dengan-Nya. 

Dari Mu’awiyah RA, beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, niscaya Allah akan jadikan ia faham dalam agama.” (Muttafaqun ‘alaihi).

Ketiga, ekonomi (al-iqtishad). Tidak sedikit keluarga bercerai karena alasan ekonomi yang tidak tercukupi. Bekal lain yang dibutuhkan oleh keluarga dakwah adalah kecukupan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan kehidupan keluarga. Jika ekonomi keluarga dakwah terpenuhi maka dai akan dapat lebih konsentrasi dan semangat menjalankan aktifitas dakwah.

Selain ditopang dengan pilar-pilar yang kokoh, setiap anggota dalam keluarga dakwah hendaknya memahami hal-hal yang berkaitan dengan urgensi dakwah sehingga siap menjadi peuang dakwah.

BACA JUGA:Kawal Lumbung Padi Nasional

Pertama, memahami bahwa dakwah itu bukan pilihan, namun kewajiban. Dakwah wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan.

Tidak ada alasan untuk tidak menunaikan kewajiban dakwah. Hal ini tampak dari perintah menyampaikan (dakwah) meski satu ayat. Rasanya, tidak ada seorang muslim pun yang tidak menerima atau memahami satu ayat.

Kedua, memahamkan pentingnya dakwah. Pemahaman ini akan menjadi motivasi untuk terlibat dalam dakwah. Keluarga harus paham bahwa dakwah bukan hanya dibutuhkan oleh pelaku dakwah, namun juga diperlukan untuk kelanjutan kehidupan manusia.

Tanpanya, manusia akan jauh dari kebenaran, dan tersesat di jalan yang menjerumuskan pada kesengsaraan hidup di dunia dan di akhirat kelak.  (Q.S. Ali Imran [3]: 85).

BACA JUGA:Shin Tae-yong Beri Komentar Pedas Usai Kontroversi Pertandingan Melawan Bahrain: 'Wasit Tidak Memihak'

Ketiga, memahamkan keluarga tentang janji Allah bagi pejuang dakwah. Berbagai kebaikan akan didapatkan sebagai buah di aktivitas dakwah. Pengemban dakwah digelari sebagai orang dengan sebaik-baiknya perkataan. (Q.S. Fushshilat [41]: 33).

Keempat, melibatkan keluarga dalam aktifitas dakwah. Dengan memahami pentingnya dan kewajiban dakwah bagi setiap muslim, anggota keluarga bisa dilibatkan untuk mengikuti berbagai aktifitas dakwah di masyarakat sebagai sarana untuk pematangan diri agar siap memikul tanggung jawab dakwah. Misalnya, dilibatkan dalam kepanitiaan peringatan hari-hari besar Islam.  

Kelima, membuka pintu langit dengan doa. Manusia wajib berusaha, namun jangan lupa manusia punya keterbatasan.

Maka, perbanyak doa agar Allah SWT melimpahkan kesabaran dan keistikamahan kita dalam mengajak keluarga ke jalan dakwah, melancarkan lisan kita dari kekakuan dalam berbicara, melembutkan hati dan membuka pikiran keluarga untuk siap menerima tanggung jawab dakwah.

Tag
Share