Inovasi Pembelajaran PAI di Cirebon, Flipped Classroom untuk Siswa Inklusif dan Interaktif

DISEMIASI: Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) dari berbagai sekolah dasar di Kota Cirebon berkumpul di SMP Negeri 1 untuk mengikuti kegiatan diseminasi. -ist-RADAR CIREBON

Sebanyak 45 Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) dari berbagai sekolah dasar di Kota Cirebon berkumpul di SMP Negeri 1 untuk mengikuti kegiatan diseminasi bertajuk “Flipped Classroom Terdiferensiasi dengan RAPA TIM KASEP untuk Pembelajaran PAI yang Inklusif dan Interaktif.” 

Acara ini diadakan oleh Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) dan berlangsung dari pukul 09.00 hingga 13.00 WIB, kemarin.

Kegiatan ini menghadirkan narasumber, H Asep Syaefurrachman SAg MPdI yang berbagi praktik terbaik mengenai penerapan metode flipped classroom. 

Metode ini memungkinkan siswa untuk mempelajari materi secara mandiri sebelum memasuki kelas, sehingga waktu di kelas bisa dimanfaatkan untuk diskusi, tanya jawab, dan aktivitas interaktif. 

Asep menekankan pentingnya pendekatan yang terdiferensiasi, yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar siswa yang beragam.

“Dengan penyesuaian berdasarkan kebutuhan siswa, kita bisa memastikan tidak ada yang tertinggal dalam proses belajar,” ujarnya.

Acara ini juga dihadiri oleh H Asep Fauzi, Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam (Kasi PAIS) Kementerian Agama Kota Cirebon, yang memberikan apresiasi tinggi terhadap inisiatif KKG PAI. 

Ia menyatakan,  diseminasi seperti ini sangat penting untuk meningkatkan kompetensi guru dalam mengimplementasikan pembelajaran yang lebih efektif dan inklusif. 

“Kami berharap para guru dapat menerapkan metode ini di sekolah masing-masing,” ujarnya.

Sesi tanya jawab dan diskusi kelompok menjadi bagian penting dari acara ini. 

Para guru berbagi pengalaman dan tantangan yang dihadapi saat menerapkan metode pembelajaran. 

Beberapa peserta mengungkapkan keprihatinan mengenai keterbatasan fasilitas dan dukungan dari sekolah. 

Asep Syaefurrachman menjawab tantangan tersebut dengan menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi sederhana dan kolaborasi antar guru untuk saling mendukung.

“Yang paling penting adalah semangat kita untuk terus belajar dan berinovasi. Jika kita berkomitmen untuk menghadirkan pembelajaran yang bermakna bagi siswa, kita pasti akan menemukan cara yang sesuai dengan kondisi masing-masing,” katanya.

Tag
Share