Cegah Stunting, Dorong Sosialisasi Gemar Ikan

OLAHAN IKAN LAUT: Pj Bupati Cirebon Drs H Wahyu Mijaya SH MSi meninjau stan di bazar olahan ikan di kantor DKPP, kemarin. Pj bupati mendorong untuk terus gencar sosialisasi gemar makan ikan.-SAMSUL HUDA/RADAR CIREBON -

Konsumsi makan ikan per tahun di Kabupaten Cirebon masih rendah. Di bawah rata-rata provinsi dan nasional. Padahal, garis pantai wilayah Kabupaten Cirebon hampir 78 kilometer (Km). Pun jumlah nelayannya yang banyak, mencapai 17.969 orangnya.

Pj Bupati Cirebon, Drs H Wahyu Mijaya SH MSi mengatakan, konsumsi makan ikan di Kabupaten Cirebon di angka 34,50 kg per tahun. Jauh lebih rendah dari rata-rata konsumsi di kota/kabupaten lainnya di Jawa Barat. 

“Rata-rata provinsi itu sudah 41 kg per tahun. Sementara nasional, konsumsi makan sudah 56 per kilo dalam setahun,” kata Wahyu kepada Radar Cirebon, usai acara bazar dan bimtek gemarikan di Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP), Selasa (10/9).

Artinya, kata Wahyu, posisi makan ikan di Kabupaten Cirebon masih lebih rendah dibandingkan rata-rata kota/kabupaten di Jabar. Bahkan, lebih rendah lagi dari rata-rata di Indonesia. “Hasil perikanan kita itu melimpah. Tapi hasilnya, tidak dimakan oleh kita. Ini yang kemudian jadi PR kita,” terangnya. 

Ia juga menekankan pentingnya meningkatkan kesadaran masyarakat akan manfaat dari olahan ikan, terutama bagi anak-anak. Oleh karena itu, pihaknya mengajak masyarakat untuk menjadikan ikan sebagai bagian penting dari konsumsi harian. 

Selain membantu mencegah stunting pada anak-anak, ikan juga kaya akan protein yang sangat baik untuk kesehatan tubuh secara keseluruhan. 

“Kita perlu membiasakan masyarakat untuk mengolah dan mengonsumsi ikan, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk anak-anaknya,” paparnya.

Sementara itu, Kepala DKPP Kabupaten Cirebon, Drs Erus Rusmana MSi menyampaikan, meski Kabupaten Cirebon memiliki produksi ikan yang melimpah, baik dari laut maupun budidaya, konsumsi ikan di kalangan masyarakat masih rendah. 

“Hal ini disebabkan oleh tingginya nilai ekonomi ikan sebagai komoditas, sehingga banyak yang lebih memilih untuk menjualnya daripada mengonsumsinya sendiri,” jelasnya. 

Iyus, sapaan akrab Erus Rusmana menambahkan, diperlukan sosialisasi dan intervensi dari pemerintah untuk mengubah kebiasaan ini. 

Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menggelar Bimtek dan membentuk kelompok Porikan (Peningkatan Konsumsi Ikan) di tingkat desa, kecamatan, hingga kabupaten. 

“Kelompok ini akan bertugas mensosialisasikan pentingnya ikan sebagai sumber gizi yang dapat mengentaskan stunting dan menjaga kesehatan masyarakat,” pungkasnya. (sam)

Tag
Share