Dukungan Gencatan Senjata di Gaza Meningkat

Warga Palestina berjalan di tengah puing-puing bangunan yang hancur di jalur Gaza utara setelah berminggu-minggu pemboman Israel, ketika gencatan senjata berlaku.-ist-radar cirebon

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, menyatakan bahwa meskipun terdapat perbedaan pendekatan di antara negara-negara anggota, semakin banyak negara di Uni Eropa yang mendukung gencatan senjata di Jalur Gaza. 

Borrell menyoroti fakta bahwa para pemimpin Eropa akan bertemu di Brussels untuk membahas situasi di Gaza, perang di Ukraina, dan juga perluasan blok.

Borrell menekankan pentingnya hasil pemungutan suara Majelis Umum PBB yang menyerukan gencatan senjata di Gaza, menyatakan bahwa masyarakat Eropa perlu mulai mempertimbangkan pendekatan politik dalam mengatasi masalah Gaza. Dia juga mengakui adanya perbedaan pendekatan antar negara Uni Eropa, namun menggarisbawahi bahwa hasil pemungutan suara dalam Majelis Umum PBB menunjukkan adanya peningkatan dukungan untuk gencatan senjata di Gaza.

Saat ini, kata Borrell, pendekatan politik sebagai solusi terhadap masalah ini menjadi fokus penting. Borrell juga memperhatikan bahwa negara-negara Arab telah menegaskan bahwa mereka tidak akan ikut serta dalam pembangunan kembali Gaza kecuali ada komitmen kuat dari komunitas internasional untuk membangun solusi dua negara. 

BACA JUGA: Hasil Liga Premier, City Kembali Imbang hingga Kapten Luton Tak Sadarkan Diri

“Negara-negara Arab telah mengatakan bahwa mereka tidak akan ikut serta dalam pembangunan kembali Gaza kecuali ada komitmen kuat dari komunitas internasional untuk membangun solusi dua negara. Dan kita harus fokus pada itu,” ujar Borrell.

Majelis Umum PBB sendiri telah mengesahkan resolusi "Pelindungan Warga Sipil dan Penegakan Kewajiban terhadap Hukum dan Kemanusiaan". Meskipun resolusi tersebut didukung oleh mayoritas anggota, namun terdapat 10 negara yang menolak. Kesepuluh negara yang menolak yaitu Austria, Ceko, Guatemala, Israel, Liberia, Micronesia, Nauru, Papua Nugini, Paraguay, dan Amerika Serikat. Sementara 23 negara memilih abstain di antaranya Inggris, Italia, Jerman, Hongaria dan Belanda.

Di tengah situasi yang semakin rumit ini, Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron juga menyampaikan bahwa pemukim ekstremis Israel yang bertanggung jawab atas kekerasan dan serangan terhadap warga Palestina di Tepi Barat akan dilarang memasuki Inggris. 

"Pemukim ekstremis, dengan menargetkan dan membunuh warga sipil Palestina, merusak keamanan dan stabilitas bagi warga Israel dan Palestina," kata David Cameron di platform X.

BACA JUGA:Sudriman Said Sebut Ucapan Prabowo Soal Ndasmu Etik Sangat Tidak Pantas

Dia mendesak Israel untuk mengambil tindakan yang lebih tegas untuk menghentikan kekerasan yang dilakukan pemukim dan menekankan bahwa Tel Aviv harus meminta pertanggungjawaban para pelakunya.

"Kami melarang mereka yang bertanggung jawab atas kekerasan pemukim memasuki Inggris untuk memastikan negara kami tidak menjadi rumah bagi orang-orang yang melakukan tindakan intimidasi ini," tambahnya. Ketegangan meningkat tinggi di Tepi Barat di tengah serangan militer Israel di Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober.

Setidaknya 283 warga Palestina tewas di Tepi Barat akibat penembakan oleh Israel dan lebih dari empat ribu lainnya ditahan sejak saat itu, menurut data Palestina. (ant)

Tag
Share