Lihatlah Kuningan. Bukan hanya jamu, kabupaten tetangga ini malah selalu menambah jalan baru. Tahun lalu rampung jalan lintas timur Kuningan. Awal bulan ini, bisa meresmikan jalan baru Cipari-Cisantana. Jalan terdekat menuju ke kawasan pariwisata di Palutungan. Belum lagi banyak jalan mulus di Kuningan. Bahkan sampai ke pedalaman.
Jika bicara soal dana, Kuningan juga terbatas. Tapi faktanya bisa memperbaiki dan membangun jalan baru. Logikanya, Kota Cirebon juga bisa!
Misalnya jika alasan pembangunan jalan di Kuningan itu banyak dari pemerintah pusat. Kalau Kuningan saja bisa, mengapa Cirebon tidak bisa? Pemerintah pusatnya juga sama antara Cirebon dan Kuningan.
BACA JUGA:Fitra Amanah Wisata (Group Fitra Hotel Tbk) Bangun Kawasan Religi Terpadu di Kabupaten Majalengka
Ini juga yang harus menjadi perhatian bagi para pemimpin daerah. Misalnya soal status jalan. Rakyat itu tahunya jalan itu baik dan mulus. Mau yang membangun pemerintah kota, provinsi, atau pusat, tidak dipersoalkan.
Jika Kuningan dapat, tapi Kota Cirebon tidak, berarti ada persoalan serius yang perlu dibenahi. Persoalannya di mana? Tentu Pak Walikota lebih paham. Hanya, bisa jadi SDM di bidang ini yang malas “mengawal”. Atau persoalan lain.
Karena itu, dalam 1 tahun agar di Kota Cirebon ini banyak jamu, mungkin perlu juga menggunakan “kekerasan”. Swasta biasa melakukan kebijakan atau cara ini.
“Kekerasan” yang dimaksud misalnya, Kepala Dinas PUPR, jangan dibebani pekerjaan lain. Urusan utamanya hanya satu: jamu. Pekerjaan lain didistribusikan kepada bawahan dan koleganya.
BACA JUGA:Masuk 5 Besar, Bank Sampah MTs Miftahul Ulum Dinilai DLH
Tentu juga ada syaratnya. Jangan melakukan mutasi pejabat “penting” seperti minum obat: 2 x sehari. Jika sudah diberi beban utama, jangan tiba-tiba dimutasi atau dirotasi sembarangan. Biarkan meyelesaikan tugas utamanya tersebut terlebih dahulu.
Jika jamu sudah ada tanda-tanda berhasil, bisa merembet ke hal yang lain. Tentu yang lebih utama. Misal soal kemiskinan, pengangguran, pendidikan, Kesehatan, dan kebersihan lingkungan.
Hanya, saya titip satu saja. Jangan dilupakan Stadion Bima, terutama Bima Utama. Semua tahu jika Stadion Bima adalah pusat olahraga. Bukan kawasan warung remang-remang dan bukan pula pasar.
Sekarang tempat ini memang sudah menjadi pusat olahraga masyarakat. Tapi maaf, kondisinya memprihatinkan. Sangat kumuh dan mengganggu. Bima sempat rapih, namun belakangan mendadak kumuh lagi. Bahkan orang jualan pun terkadang sudah memakan jalur lintasan lari atau jalan.
BACA JUGA:RSUD Cideres Gelar Pembinaan
Saya tidak melulu menyalahkan pedagang. Di tempat tersebut memang banyak pengunjung, wajar mereka berjualan. Hanya sayang tidak ada aturan menaungi. Atau tidak ada pihak yang mengatur pusat olahraga ini.
Padahal, Bima ini bisa menjadi kawasan olahraga yang luar biasa. Bukan hanya olahraga di pagi hari, tapi juga malam hari. Saya pernah bermimpi, Bima ini menjadi pusat olahraga malam yang terang benderang.