Oleh: Abdul Rozak*
PADA masa kampanye para calon kepala daerah akan meminta kesedian rakyat untuk memilihnya. Mereka mengingatkan pentingnya mengapa harus memilih mereka.
Mereka menawarkan program yang berbasis aspirasi rakyat. Program mereka telah disesuaikan dengan keperluan rakyat.
Frase sesuai dengan kebutuhan rakyat mungkin hanya dugaan. Kita berharap para calon telah mengadakan survei kebutuhan rakyat.
BACA JUGA:SDN Bima Gelar Kegiatan Pramuka, Bagikan Ratusan Nasi Kotak di Beberapa Lokasi
Mereka menganalisis kebutuhan rakyat dengan pandangan objektif, dengan menggunakan ilmu yang benar dan terutama berbasis hati ikhlas dan jujur.
Dugaan-dugaan tidak akan menyelesaikan masalah. Dugaan memang jalan mudah. Atas dasar pengakuan bahwa kita telah mengadakan wawancara dengan sebagian masyarakat, diputuskan atas nama semua masyarakat.
Tentu “pengakuan” tidak dapat dihukumi benar atau salah. Pengakuan berdasarkan kesepihakan. Pengakuan dapat diketahui saat tersajikan bukti yang disampaikan pihak lain atau ada bukti yang berlainan.
Kita berharap setiap ucapan calon kepala daerah berbasis kebenaran, berdasarkan bukti, tidak berisi kebohongan.
BACA JUGA:66 Mahasiswa FEB UGJ Raih Gelar CAP
Jika dimulai dengan kebohongan, calon kepala daerah akan merasa ringan berbohong pada saat berikutnya. Apa yang terjadi dengan masyarakat yang memilihnya.
Berbohong itu sangat mudah karena hanya diri sendiri yang tahu dan tentu saja Allah “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.”(Al-Baqarah : 255).
Apa yang direncanakan calon kepala daerah adalah seharusnya segala hal kebaikan yang berpengaruh terhadap kesejahteraan lahir dan batin rakyat yang menjadi tanggung jawabnya.
Kesejahteraan bagi rakyat, bukan khusus untuk dirinya. Sebagai kepala daerah tugas utamanya adalah menjadikan rakyat sejahtera.
BACA JUGA:Bapak Teknologi Indonesia