BACA JUGA:Petani Tembakau di Kecamatan Bantarujeg dan Lemahsugih Raup Keuntungan
“Rasa khawatir sangat besar karena mewakili Indonesia. Saya bersyukur bisa pulang ke Indonesia dengan medali,” ujarnya penuh bangga.
Ia menegaskan bahwa prestasi ini bukanlah sesuatu yang diraih dengan mudah, melainkan sesuatu yang dikejar dan membutuhkan banyak pengorbanan.
Lomba berlangsung pada tanggal 23 dan 25 Juli 2024, di mana peserta diberikan empat soal dalam waktu lima jam, dengan setiap soal memiliki nilai maksimum 100 poin.
BACA JUGA:Survei Indikator Politik, Elektabilitas Eman unggul, Eman 37,4 Persen dan Karna 28,7 Persen
“Indonesia berhasil meraih peringkat ketiga di Asia, mengalahkan Singapura,” tandasnya.
Kepala SMA Santa Maria 1 Cirebon, Drs Ongko Sumedi mengaku bangga dengan prestasi yang diraih Jesslyn.
Apalagi, Jesslyn bersaing dengan peserta dari 50 negara, di mana setiap negara mengirimkan empat peserta, sementara Indonesia hanya mengirimkan dua peserta.
BACA JUGA:Plh Sekda Kuningan Siap Tuntaskan Agenda Hari Jadi Kuningan Hingga Tour de Linggajati
Fredi, ayah Jesslyn, menjelaskan bahwa putrinya adalah anak ketiga dari tiga bersaudara.
Ia merasa sangat bangga karena Jesslyn berhasil meraih medali di kejuaraan bergengsi di dunia.
Fredi tidak menampik bahwa putrinya sering menghabiskan waktu berjam-jam di depan komputer, hingga lima hingga enam jam sehari.
BACA JUGA:Untuk Kemajuan Kuningan, 5.000 Jamaah Ikuti Istigosah di Masjid At-Taufiq
Sebelum mengikuti event dunia ini, Jesslyn awalnya mengikuti Olimpiade Sains Komputer (OSK), kemudian lolos ke Olimpiade Sains Pendidikan (OSP), dan akhirnya meraih medali perunggu di Olimpiade Sains Nasional (OSN).
Dari situ, ia diundang untuk mengikuti pelatnas oleh Tim Olimpiade Komputer Indonesia (TOKI).
Setelah lolos pelatnas, Jesslyn mengikuti pelatnas EGOI dan menjalani empat tahap seleksi.