LELEA - Pemerintah saat ini terus mendorong kemudahan akses permodalan bagi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia. Namun, nyatanya di lapangan hingga kini masih banyak pelaku UMKM yang belum tersentuh permodalan.
Seperti yang dialami Ima Ojan alias Imoj (33), pelaku UMKM yang bergerak dalam bidang usaha menjahit pakaian di Blok Karang Moncol Desa Pengauban Kecamatan Lelea Indramayu.
Ima mengaku kesulitan, selain modal usaha juga yang paling mendesak adalah masalah tambah daya listrik.
“Aliran listrik yang berada di rumahnya sering mati. Karena daya listrik yang berada di rumahnya hanya 900 VA. Bahkan modal habis untuk beli token listrik saja,” jelas Ima yang sudah menggeluti usaha menjahit dengan nama Konveksi Imoj (Ima Ojan) hampir satu tahun lebih.
BACA JUGA:APBD 2024 Kabupaten Kuningan, Utamakan TPP dan TPG
Ima berharap, kepada pihak PLN untuk bisa meringankan beban biaya produksi. Agar aliran listrik yang digunakan untuk menjahit tidak cepat habis dan terkadang tidak kuat tegangan listriknya.
Dijelaskan Ima, dirinya hanya menjalankan usaha menjahit ini hanya menerima orderan dari pengusaha konveksi yang berada di Pasar Tegalgubug Cirebon.
“Bahan baju yang kita jahit itu dapat kiriman dari pengusaha konveksi di Pasar Tegalgubug. Kita disini hanya menjahit saja dan setelah jadi langsung dibawa ke Cirebon,” jelas Ima saat di temui di rumahnya, kemarin.
Menurut Ima, dari usaha menjahit celana skuba atau knit ini bisa memperkerjakan warga sekitar. Untuk satu minggunya, Ima mengkau, bisa mendapat 50 sampai 60 kodi per minggunya. Satu kodi, kata Ima, berisi 20 potong celana skuba. Sehingga, selama seminggu bisa merampungkan 140 potong celana skuba.
BACA JUGA: Indeks HAM Pemerintahan Jokowi Turun, Tahun 2023 di Angka 3,2
“Ada 6 orang pekerja dan satu minggu saya bisa mendapat upah Rp600 sampai Rp700 ribu,” pungkas purna pekerja migrant ini seraya meminta adanya bantuan modal dan tambah daya listrik supaya tidak memberatkan usahanya. (oni)