Kuliner Cirebon: antara Akulturasi dan Gimik Gastronomi

Minggu 19 May 2024 - 20:54 WIB
Reporter : Deden F
Editor : Deden F

Sepanjang satu pekan mulai tanggal 11 hingga 18 Mei 2024, Rumah Rengganis bersama Waves Studio menggelar agenda SABTU KE SABTU #3 yang dihelat di Rumah Rengganis, Penggung, Cirebon.

SABTU KE SABTU adalah forum yang mempertemukan antar komunitas dan pegiat seni multi-disiplin di Cirebon Raya. Sebelumnya, SABTU KE SABTU telah diselenggarakan di tahun 2023 sebanyak dua kali dan berhasil mempertemukan pekerja kreatif di bidang film, sastra, fotografi, seni rupa, musik, dalam ruang diskusi dan pameran.

Sedang SABTU KE SABTU #2 digelar pada tanggal 9 hingga 16 Desember 2023. Berbeda dengan sebelumnya, Sabtu ke Sabtu #2 diramaikan dengan pameran zine, pembacaan puisi, diskusi, pemutaran film, pameran foto, hingga standup comedy. 

SABTU KE SABTU #3 kali ini lebih spesial karena rangkaian kegiatan lebih bersifat tematik. Dengan tema seputar gastronomi, pihak penyelenggara bermaksud hendak melakukan pelacakan akar sejarah sekaligus membaca ulang keberadaan kuliner Cirebon mutakhir.

BACA JUGA:Persoalkan Hasil Eksisting, Taufik Sebut Bawaslu Kota Cirebon Salahgunakan Wewenang

Rangkaian acara meliputi pameran foto kuliner dari Klise Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon, dan diskusi budaya “Kuliner Cirebon: Antara Akulturasi dan Gimik Gastronomi”. Hadir sebagai narasumber Kepala Bidang Kebudayaan Disbudpar Kota Cirebon, Ramli Efendi, Azil (food blogger Kuliner Cirebon), dan Fathan Mubarak (budayawan). 

Acara lainnya yaitu workshop membuat makanan sehat bersama ahli gizi, diskusi buku “Babad Kopi Parahyangan” karya Evi Sri Rezeki, membicarakan ruang kolektif bersama Hysteria & Jatiwangi Art Factory, pembacaan puisi karya Ahmad Syubbanuddin Alwy, penampilan musik dari Pinil Music & Bax Lax Boy, hingga kompetisi standup komedi. 

Menurut Nissa Rengganis, agenda Sabtu ke Sabtu semacam upaya untuk membangun ruang kolektif dalam berkesenian. Antar elemen diharapkan saling berjejaring dan berkolaborasi untuk menciptakan ekosistem seni yang inklusif dan interaktif.

“Kami percaya, kolaborasi antar komunitas dan seniman sangat diperlukan untuk memperkuat ekosistem seni di Kota yang mulai dikepung mall dan swalayan ini,” ujarnya dalam keterangan yang diterima Radar Cirebon, Minggu (19/5/2024).

BACA JUGA:Pastikan Tidak Ada Praktik Pungli

Pembicaraan tentang gastronomi menjadi menarik, mengingat Nusantara sebagai titik persilangan dunia telah menghasilkan akulturasi dalam banyka hal. Dari mulai ritus, arsitektur, seni, hingga kuliner. Untuk yang terakhir ini cirebon menjadi salah satu yang paling menonjol.

“Sebagai warga kota, barangkali kita tahu banyak tentang kuliner Cirebon sekaligus tidak tahu banyak tentangnya. Sedikit sekali literatur yang secara khusus membicarakan jagat kuliner di Cirebon. Karena itulah, helatan SABTU KE SABTU yang kemarin lalu baru saja diakhiri diharapkan akan mempublikasi sejumlah temuan terkait sejarah dan asal isul kuliner di Cirebon,” terang Nissa Rengganis. (rls/rc)

Kategori :