Stirena dapat mengurangi produksi sel darah merah yang sangat dibutuhkan tubuh untuk mengangkut sari pati makanan dan oksigen ke seluruh tubuh. Akibatnya, fungsi saraf seseorang bisa terganggu, sehingga ia akan mengalami kelelahan, gelisah, dan susah tidur. Stirena juga bisa memengaruhi kondisi janin melalui plasenta ibu dan berpotensi mencemari ASI.
Selain itu, benzena adalah salah satu zat yang dihasilkan dari bahan bakar minyak dan sangat tidak disarankan digunakan sebagai bahan kemasan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahkan sudah melarang penggunaan styrofoam sebagai kemasan makanan. Pasalnya, benzena ini merupakan zat yang menyebabkan kanker.
Ketika styrofoam diisi dengan makanan atau minuman panas, benzoat akan keluar dan membaur bersama makanan dan minuman tersebut. Sebuah penelitian di Shanghai, Tiongkok, yang diterbitkan pada tanggal 5 Oktober 2023, di jurnal Science of the Total Environment, diketahui bahwa paparan nanoplastik polistirena, polimer penyusun styrofoam.
Menyebabkan percepatan signifikan pertumbuhan tumor kanker ovarium epitel pada tikus dan penurunan viabilitas relatif sel kanker ovarium epitel yang bergantung pada dosis dengan lingkungan mikro pertumbuhan tumor.
BACA JUGA:KPU Tetapkan 50 Calon Anggota DPRD Terpilih
Sebelumnya, para peneliti telah melaporkan mikroplastik berpotensi terkait dengan kanker kolorektal (kanker kolon/usus besar) dan memperburuk metastasis kanker payudara.
Dampak styrofoam terhadap lingkungan Selain berefek negatif bagi kesehatan, styrofoam juga sering menimbulkan masalah pada lingkungan karena memiliki sifat tidak dapat terurai secara alami dan dapat bertahan di lingkungan selama berabad-abad.
Sifatnya yang ringan dan mudah terbawa angin menyebabkan zat pencemar ini dapat dengan mudah berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Jika styrofoam terakumulasi di tempat pembuangan sampah dan ekosistem alami, akan menyebabkan peningkatan limbah dan polusi masalah.
Membakar atau memaparkan limbah styrofoam ke suhu tinggi bisa mencemari udara dan mengakibatkan pelepasan bahan kimia beracun, termasuk styrene, yang merupakan zat penyebab kanker.
BACA JUGA:Jaga Kamtibmas, Polsek Gencarkan Patroli Malam
KOMITMEN POLISTIRENA
Dari laman wikipedia.org bahwa pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, terdapat gerakan global menuju penghentian penggunaan busa polistiren sebagai plastik sekali pakai (SUP). Larangan awal terhadap busa polistiren dimaksudkan untuk menghilangkan klorofluorokarbon (CFC) yang merusak ozon, yang sebelumnya merupakan komponen utama.
Polystyrene yang diperluas, sering disebut styrofoam, merupakan penyumbang mikroplastik baik dari aktivitas darat maupun laut.
Polistirena tidak dapat terurai secara hayati namun rentan terhadap foto-oksidasi, dan terurai secara perlahan di laut sebagai sampah mikroplastik di laut.
BACA JUGA:Optimistis Produksi Padi Meningkat
Hewan tidak mengenali busa polistiren sebagai bahan buatan, mungkin salah mengira busa tersebut sebagai makanan, dan menunjukkan efek toksik setelah terpapar dalam jumlah besar.