Bahkan ketika Allah SWT memerintahkan Nabi Musa dan Nabi Harun untuk menasihati Firaun yang sombong dan melakukan kerusakan, keduanya diminta untuk berbicara lembut kepada pemimpin sombong itu.
Keempat, menasihati sesuai ilmu dan kehendak dimiliki. Adab menasihati dalam Islam yang tak kalah penting adalah poin satu ini.
Ada beberapa orang yang menasihati tanpa pengetahuan yang cukup. Mereka hanya menasihati berdasar prasangka atau dugaan tanpa tahu faktanya.
Sebisa mungkin, pastikan kita memberikan nasihat sesuai dengan ilmu yang mumpuni dan telah kita pelajari serta dapat dipertanggungjawabkan. Kelima, bersabar dalam menasihati. Tidak ada alasan untuk berhenti memberi nasihat walaupun nasihat yang disampaikan tidak pernah dihiraukan atau dilaksanakan.
BACA JUGA:Hardiknas Tingkat Kota Cirebon Meriah
Nah, bersabar adalah bagian dari adab menasihati dalam Islam. Jadi, jangan bosan memberi nasihat dan peringatan, karena batu yang keras sekalipun bisa berlubang, jika terus menerus meneteskan air, apalagi hati manusia.
Keenam, menerima dengan keikhlasan. Sebagai seorang muslim, wajib untuk menerima nasihat dengan lapang dada. Menerima nasihat dari orang lain merupakan tanda dari keikhlasan, keimanan, dan kebersihan hati.
Tetapi hal ini tidaklah berlaku saat ini mereka berpikir menasihati tidak memiliki aturan tersendiri, jadi hal itu sangat salah besar. Setiap kita mau menasihati seseorang kita harus mengetahui latar belakang orang tersebut.
Bukan langsung menasihati tetapi, harus melalui proses terlebih dahulu karena menasihati orang harus memikirkan perasaan seseorang yang dinasihati.
BACA JUGA:May Day, Buruh di Kuningan Ikut Donor Darah dan Santuni Anak Yatim
Terkadang kebanyakan orang melakukan tidak pada kondisi tepat seperti halnya menasihati dalam keadaan empat yang ramai, menggunakan emosi, terlalu memaksakan keadaan dan lain-lain. Hal tersebut menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan yang berujung kematian.
Jadi, sebagai teman yang baik, kita harus menjadi nasihat sebagai motivasi untuk maju. Jangan malah sebaliknya, kita membebani mereka dengan kehendak yang tidak sesuai jalan pemikirannya. Terutama seorang ibu harus pintar memberi nasihat yang mendorong anaknya maju. (*)
Penulis adalah Governance Analyst di Pratama Institute