Akumulasi Fitrah Sosial

Rabu 17 Apr 2024 - 16:47 WIB
Reporter : Bambang
Editor : Bambang

Kemudian, kesadaran etis merupakan tahap lanjutan yang mulai memperhitungkan kategori baik dan jahat pada diri manusia itu sendiri (Hidayah, 2022).

Di tahap ini, kesadaran manusia lebih arif dari sebelumnya karena mempertimbangkan beberapa aspek dalam mengambil keputusan hidup seperti aspek sosial dan moral.

Dengan kata lain, pemenuhan kebahagiaan estetis tertunda dengan etika norma yang berlaku. Misal, seorang bisa saja mudik lebaran melintasi jalanan dan menikmati perjalanan menggunakan kendaraan pribadi dengan kecepatan tertentu.

Tapi karena kita hidup bernegara, maka perjalanan tersebut dibatasi denggan etika berlalu lintas seperti melengkapi surat berkendara, mengenakan helm SNI, dan patuh pada rambu lalu lintas. Meski peraturan lalu lintas di atas membatasi keinginan seseorang, tapi setidaknya, hal tersebut memberi perlindungan dan meminimalisir hal yang tak diinginkan.

BACA JUGA:Bayer Leverkusen Juara Bundesliga Untuk PERTAMA KALINYA! Armada Xabi Alonso Akhiri Dinasti Bayern Muenchen

Transisi kesadaran manusia dari estetis ke etis menjadikannya pribadi yang sadar akan kehidupan bermasyarakat. Perilaku etis ini membentuk pola kehidupan sosial dengan tatanan hukum universal.

Namun, karena manusia sadar jika kehidupan ini fana, maka secara ideal kehidupan seseorang tidak hanya berlandas pada keinginan duniawi (estetis) dan kebaikan duniawi (etis) tapi mesti menuju tahap tertinggi yaitu kesadaran religius. Dalam perspektif teologis, kesadaran ini disebut dengan iman dan amal shaleh.

PERUBAHAN DIRI

Setelah mendiskusikan tipologi kesadaran di atas, maka dapat dipahami jika kesadaran kita sebagai insan berakal mesti menuju pada puncak kesadaran tertinggi yaitu iman.

BACA JUGA:Ada Peran Wong Jowo dalam Kesuksesan Borussia Dortmund melaju ke Semifinal Liga Champions

Sebab, fitrah semua manusia yang lahir adalah beriman kepada sang khalik. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim “Kullu mauludin yuladdu alal fitrah”, setiap anak yang lahirkan dalam keadaan fitrah (beriman).

Beriman tidak hanya sekedar melisankan kedua syahadat. Perwujudan dari iman ialah menerima rukun yang ditetapkan dan melaksankannya dengan ikhlas.

Untuk mencapai tahap ini, manusia diharuskan bermetamorfosis dari kesadaran nafsu duniawi menuju kesadaran ilahi.

Manusia yang masih berada di tahap estetis, mesti melepas ketergantungannya pada suatu objek materil untuk memperoleh kebahagian hidup.

BACA JUGA:Jalan Sindanglaut-Pabuaran, Tepatnya di Kecamatan Karangwareng Rusak dan Sulit Dilalui

Ketergantungan tersebut mesti kembali pada penghambaan sang khalik melalui amalan sholeh. Di bulan Ramadan, kesadaran iman tidak hanya mendorong ritualitas vertical/hablum minallah (seperti shalat, puasa, dzikir, dll) tetapi juga ritualitas horizontal/hablum minnanas (sedekah dan zakat).

Tags :
Kategori :

Terkait