Saat ini perbincangan mengenai lingkungan sangat menarik dibahas dalam lingkup lokal hingga global. Akan tetapi, isu tersebut hanya banyak dibahas oleh kalangan akademisi dan kalangan elite.
Narasinya belum sampai ke masyarakat secara luas. Padahal efek domino dari masalah lingkungan juga akan memunculkan masalah-masalah sosial berikut juga pada permasalahan teologis yang dapat menurunkan kadar kepercayaan dan keimanan.
Terjadinya degradasi lingkungan akan memunculkan masalah. Lahan sebagai media dalam produksi pangan dan juga kebutuhan ruang hidup apabila terdegradasi akan memunculkan masalah sosial.
Konflik agraria tidak dapat terhindarkan karena semakin banyaknya kebutuhan terhadap ruang. Konflik pangan juga akan muncul karena semakin tingginya harga karena produksinya semakin berkurang.
BACA JUGA:Disibukkan dengan Kegiatan Pengajian dari Pagi hingga Malam Hari
Tentunya masalah-masalah tersebut di atas perlu untuk diantisipasi demi keberlanjutan lingkungan. Ramadan kali ini kita perlu belajar mengenai pemaknaan pesan-pesan eko-religius dari ibadah puasa.
Green Ramadan sebagai kampanye bulan ramadan yang ramah terhadap lingkungan harus bisa tersampaikan ke masyarakat. Sehingga narasi permasalahan lingkungan yang terjadi saat ini dapat diketahui oleh masyarakat luas.
Oleh karena itu, ayat-ayat yang berkaitan dengan lingkungan jangan hanya lebih banyak dimaknai sebagai hubungan teologis. Namun juga perlu disampaikan secara saintifik di masyarakat dengan data-data yang lebih aktual.
Bulan ramadan ini sangat cocok untuk menyampaikan narasi eko-religius melalui mimbar-mimbar masjid. Puasa juga memiliki pesan eko-religius yang mengajarkan mengenai narasi untuk tidak melakukan pencemeran dan pengrusakan lingkungan.
BACA JUGA:Masjid Raya Attaqwa Cirebon Gelar Buka Puasa Bersama Setiap Hari
Banyak ahli agama menyerukan tentang pentingnya menjaga lingkungan sehingga menghadirkan fiqih lingkungan hidup. Agama pada dasarnya juga mengajarkan kita untuk menjaga bumi dan segala isinya.
Puasa dimaknai 'menahan diri', dari segi ekologi pesan puasa harus mengajarkan kepada kita untuk menahan diri dalam melakukan eksploitasi terhadap lingkungan.
Bentuk eksploitasi yang paling banyak terjadi di masyarakat yaitu memberikan sumbangan karbon ke udara dan juga sumbangan sampah plastik.
Banyaknya karbon yang terlepas ke udara akan menyebabkan meningkatnya suhu permukaan bumi yang akan berdampak terhadap perubahan iklim.
BACA JUGA:Polemik THR Mitra Ojol, Ini Penjelasan Kemenaker
Selain itu, eksploitasi terhadap lahan dengan pembukaan lahan yang secara massive untuk industri pertambangan dan perkebunan monokultur tanpa memperhatikan kaidah konservasi lingkungan (tanah dan air) akan mengakibatkan adanya bencana hidrometeorologis berupa banjir, longsor, dan kekeringan.