Ruhani Manusia dan Filsafat Puasa

Rabu 13 Mar 2024 - 16:44 WIB
Reporter : Bambang
Editor : Bambang

Secara bahasa ied al-fitri berarti kembali kepada kesucian. Sesuatu yang kembali, artinya bahwa kita pernah mencapai kesucian, yang tidak lain adalah dulu saat ruh kita ditiupkan pertama kali saat kita masih di alam rahim. Dan inilah jati diri dari setiap insan. Kesucian inilah yang harus senantiasa dijaga. 

Walaupun memang mustahil manusia bisa terus suci dari dosa-dosa dan kesalahan hidup. Sebab sesuai dengan kata dasarnya, manusia disebut dalam bahasa Arab al-insan yang terambil dari kata “nisyan” yang berati lupa. Hal ini meniscayakan manusia tempatnya salah dan lupa.

Namun sesungguhnya justru di situlah adanya urgensi pahala dan siksa, adanya surga dan neraka. Adanya hawa nafsu dalam potensi manusia, selain sebagai motivasi manusia untuk maju, juga hawa nafsu sebagai ujian bagi manusia. 

Siapa yang bisa menundukkan dan mengendalikan hawa nafsunya maka ia akan lebih mudah menggapai kepada fitrah kemanusiaan Dan ia akan kembali menemukan jati dirinya sebagai mana dulu pertama ia dilahirkan. 

BACA JUGA:Hotel dan Kafe Bisa Dibangun di Kawasan Bima

Dan Puasa adalah dalam rangka meningkatkan keterampilan dalam mengendalikan hawa nafsu. Ini berarti lewat puasa, kita bisa kembali menemukan jati diri kita yang fitrah itu, yang seiring berjalan waktu telah terkotori oleh ambisi diniawi.

Sebaliknya, bagi manusia yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsu, bahkan ia sendiri yang dikendalikan hawa nafsunya maka ia akan semakin jauh tersesat dari kefitrahannya. Laksana sebuah cermin yang tertutupi noda secara paten, ia tidak akan bisa menerima lagi pantulan cahaya. 

Wujudnya saja sebagai cermin, padahal ia tak ubahnya seperti tembok yang keras dan sulit ditembus dengan nasihat kebenaran. Semoga kita lulus melewati gemblengan Ramadhan. Aamiin. (*)

Penulis adalah Kepala KUA Kecamatan Luragung

Tags :
Kategori :

Terkait